Donor Kornea Tak Mengerikan Seperti yang Dibayangkan
Apa yang terlintas dalam benak pikiran saat mendengar kata “donor kornea”? Apakah kita merasa takut karena membayangkan seluruh bola mata diambil? Nyatanya, donor kornea tidak mengerikan seperti yang dibanyangkan banyak orang.
Setelah sukses melakukan launching Cornea Donation Center RS Mata Undaan (CDC RSMU), yang bersamaan dengan peringatan 105 Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata Undaan (Undaan), CDC RSMU melanjutkan sosialisasi bagi pasien dan pengunjung RSMU.
Pada Sabtu, 21 November 2020 pagi itu terlihat kursi pengunjung ruang poliklinik BPJS sudah penuh. Sekitar pukul tujuh, pasien dan pengunjung di RSMU memang biasanya sudah melakukan proses registrasi untuk periksa mata.
Setiap hari sabtu, RSMU rutin mengadakan edukasi kepada mereka seputar kesehatan maupun hal-hal spesifik tentang mata. Nah untuk akhir pekan lalu, CDC RSMU mendapat giliran untuk sosialisasi donor kornea.
Ketika sosialisasi baru dimulai, terlihat wajah pengunjung maupun pasien antusias karena donor kornea terdengar sebagai hal baru bagi mereka.
Saat Fitria Oktafiani sebagai penyuluh sosialisasi donor korena menanyakan kepada mereka apakah sudah pernah dengar tentang donor kornea, jawabnya kompak: “Belum tahu, mbak”.
Saat ditanya lebih lanjut, beberapa dari mereka selama ini hanya mengenal donor darah. Jika ada donor kornea, yang mereka bayangkan adalah hal yang mengerikan karena satu bola mata diambil untuk orang lain.
“Pak, Bu.. ngapunten.. Apa yang kita bayangkan saat mendonorkan kornea, sepertinya perlu kita pahami bersama lagi. Kornea itu ternyata selaput bening tipis yang terletak di bagian terluar mata. Bentuknya seperti ini,” ujar Fitria kepada pasien dan pengunjung sambil menunjukkan peraga kornea.
“Jadi, kornea itu beda sama seluruh bola mata ternyata. Dan donor kornea baru bisa dilakukan saat kita sudah meninggal. Akhirnya, tidak terasa apa-apa. Luar biasanya, satu kornea yang kita sumbangkan justru bisa bermanfaat menyelamatkan hingga lima pengelihatan,” imbuhnya.
Pasien dan pengunjung ruang poliklinik tersebut jadi semakin tertarik untuk mengetahui tentang donor kornea, karena memang informasi tentang donor kornea belum masif di Indonesia.
Antusias para pasien juga terlihat, ketika ada seorang pasien yang menanyakan tentang tingkat keberhasilan ketika kornea didonorkan. Ada yang bertanya berapa lama kornea bisa bertahan setelah diambil atau disumbangkan, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Terlepas dari sosialisasi itu, CDC RSMU ke depannya akan bekerjasama dengan instansi, komunitas ataupun kelompok keagamaan. CDC RSMU berharap sosialisasi donor kornea ini terus digalakkan agar masyarakat mengetahui dan terketuk hatinya untuk peduli terhadap kebutuhan donor kornea di Indonesia, utamanya di Indonesia bagian Timur.
Advertisement