Mendidik dan Menghibur Lewat Dongeng
Inge Ariani Safitri memetik senar dari gitar kecilnya. Ia pun mulai mendongeng diringi nyanyian bangun tidur. Petikan gitar itu membawa suasana gembira anak-anak yang mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh koordinator Komunitas Kumpul Dongeng itu.
Sejak kecil, Inge Ariani Safitri terbiasa mendengar cerita dongeng dari sang nenek. Menurutnya, dongeng bisa memupuk kedekatan dalam keluarga.
Tak hanya menyakini hal tersebut, Inge Ariani Safitri pun mempunyai tekad untuk mengembalikan dongeng ke rumah-rumah lewat Komunitas Kumpul Dongeng Surabaya sejak 2015 silam.
"Setiap hari nenek saya selalu mendengarkan dongeng di radio. Akhirnya terpapar dongeng tiap hari dan didukung juga dengan keluarga yang suka ngobrol. Ibu suka cerita jadi ngobrol terus," kata perempuan yang akrab disapa Inge ini.
Menurut Inge Ariani Safitri, dongeng memiliki banyak manfaat seperti menjadikan bonding antara orangtua dan anak, menjadikan anak terbiasa untuk bercerita pada orang tua untuk itu penting membuat orang tua sadar dan mau mendongeng untuk anaknya.
"Di jaman seperti ini adanya bulliying dan sebagainya diperlukan komunikasi yang kuat dalam keluarga. Kalau komunikasi keluarga kuat, jika terjadi sesuatu pada anak akan mudah untuk bercerita sehingga masalah akan cepat teratasi," cerita Inge Ariani Safitri, saat bertemu ngopibareng,id, Sabtu, 4 Januari 2019.
Inge Ariani Safitri lantas mencerikan awal mula menjadi aktivis dongeng. Saat tinggal di Bandung pada 2012, ia aktif dalam komunitas belajar dan mendongeng di tempatnya bekerja di sebuah day care (penitipan anak).
Tiga tahun kemudian, Inge Ariani Safitri beserta anak dan suaminya hijrah ke Surabaya. Namun, keinginannya untuk melestarikan dongeng untuk anak-anak tak surut. Ia bahkan bertekad untuk mengembalikan dongeng ke rumah-rumah.
Bermula dari permintaan temannya yang ada di Bandung untuk membuat deklarasi hari dongeng di Surabaya, Inge Ariani Safitri mencoba untuk mengumpulkan orang yang memiliki frekuensi sama dengannya, dan tentunya tertarik akan dongeng.
"Akhirnya bertemu dengan aktivis pendidikan di Surabaya, mereka juga tertarik akan dongeng. Dari sini awal mulanya komunitas kumpul dongeng," ungkapnya.
Dari sini pula awal mula Inge semakin serius menekuni dan memperkenalkan dongeng di Surabaya.
Perempuan kelahiran 9 April 1971 ini meyakini bahwa dongeng bisa dilakukan oleh setiap orangtua asalkan mempunyai keinginan. Dan dongeng tidak harus mengunakan properti.
"Kita membaca saja untuk anak itu sudah dongeng. Tidak harus mengunakan properti, atau bisa mengunakan properti yang ada, seperti saya misalnya memilih mengunakan gitar karena saya memang suka nyanyi dan bermain gitar. Kalau pun tidak memakai gitar saya akan tetap menyisipkan nyanyian pada dongeng," papar Inge Ariani Safitri.
Inge juga berpendapat bahwa dongeng tidak harus melulu cerita rakyat atau legenda. Dongeng bisa dimulai dari cerita yang dekat dengan anak atau cerita sehari-hari.
"Mungkin saat kecil bisa mendongeng dengan buku. Setelah dewasa bisa dongeng tentang keseharian atau apa yang ingin orangtua tanamkan pada anak," ujar ibu tiga orang anak ini.
Satu lagi ungkap Inge, dongeng tidak harus mengunakan suara yang bisa berganti-ganti. Anak tidak akan protes bila pun orangtua tidak bisa menirukan suara harimau atau singa.
Yang harus diyakini orangtua ketika mendongeng, pesan Inge ialah manfaat dongeng itu sendiri. Lalu tujuannya apa untuk mendongeng kalau memang untuk anak tidak perlu berpikir seperti pendongeng profesional.
"Asal punya suara dan masih hidup semua orang bisa mendongeng," tandasnya.
Advertisement