Donald Rumsfeld, Dalang di Balik Tumbangnya Saddam Hussein
Mantan politikus Partai Republik sekaligus eks Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Donald Rumsfeld, meninggal dunia di usia 88 tahun. Rumsfeld meninggal dunia di kediamannya di Taos, New Mexico, 1 Juli 2021.
Menurut pihak keluarga, setelah pensiun dari panggung politik dan pemerintahan AS pada 2006, Rumsfeld fokus mengembangkan perangkat lunak dan membuat aplikasi permainan kartu digital.
Saat masih berkarir di pemerintahan, seperti ditulis AFP, Rumsfeld dikenal sebagai politikus Partai Republik garis keras.
Dia juga menggagas penyerbuan ke Irak dengan alasan mencari senjata pemusnah massal, dan Afghanistan dengan dalih perang melawan kelompok teroris Al-Qaidah.
Jejak Hidup Donald Rumsfeld
Rumsfeld yang lahir di Chicago dikenal sebagai penyuka olahraga. Dia pernah menekuni gulat dan menjadi pemain bertahan futbol ketika menempuh pendidikan di Universitas Princeton.
Setelah lulus, Rumsfeld melamar ke Angkatan Laut dan menjalani pendidikan sebagai penerbang. Setelah pendidikan, dia menjadi pilot dan instruktur di Angkatan Laut AS di masa Perang Dingin.
Dia lantas melirik dunia politik dan terpilih menjadi anggota Kongres AS dari daerah pemilihan Illinois pada usia 30 tahun. Dia juga sempat menjadi pendukung gerakan hak-hak sipil kaum Afrika-Amerika, dan juga menyoroti tentang keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.
Pada usia 43 tahun, Rumsfeld didapuk sebagai menteri pertahanan di era Presiden Gerald Ford di 1975. Dia kembali menduduki jabatan yang sama di era pemerintahan Presiden George Walter Bush.
Dalih Penyerbuan Irak dan Afghanistan
Di masa pemerintahan George W Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney, Rumsfeld memutuskan menyerbu Afghanistan pada Desember 2001. Dia beralasan membalas perbuatan Al-Qaidah terkait teror Gedung World Trade Center di New York pada 11 September 2001.
Selain itu, AS juga menyerang kelompok Taliban yang diduga memberi perlindungan kepada Al-Qaidah yang saat itu dipimpin Osama bin Laden. Karena keputusan itu, citra Rumsfeld sebagai politikus terangkat.
Akan tetapi, citra itu perlahan pudar ketika Rumsfeld dan Bush memutuskan menyerang Irak pada 20 Maret 2003, dengan dalih mencari senjata pemusnah massal. Alhasil rezim pemerintahan Irak yang saat itu dipimpin Saddam Hussein, runtuh dan membuat situasi semakin kacau dan memicu perang saudara.
Peran Gulingkan Saddam Hussein
Setelah Partai Baath yang didukung Saddam Hussein bubar, kelompok Muslim Sunni yang tadinya berlindung di bawah kekuatan politik itu memberontak terhadap mayoritas kaum Syiah. Sementara kelompok Syiah juga membentuk milisi dan mendapat bantuan dari Iran.
Akibat penyerbuan itu, Irak juga menjadi salah satu lahan subur berkembangnya kelompok bersenjata dan teroris. Padahal sampai saat ini tuduhan senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki Irak sulit dibuktikan.