'Dolly' Diganti 'Alfadholi'? Ini 5 Alasan Tolak Usulan Gus Miftah
KH Miftah Maulana Habiburrahman, akrab dipanggil Gus Miftah, mengusulkan nama eks lokalisasi Dolly Surabaya dengan nama Al-Fadholi. Yang artinya keutamaan. Usulan itu disampaikan Pengasuh Pesantren Ora Aji Sleman Jogjakarta, dalam acara bertajuk "Gang Dolly Ngaji dan Shalawatan", Rabu malam, 9 Oktober 2019.
Pada kesempatan acara yang digelar Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Gus Miftah mendapat sambutan umat Islam. Forum tersebut dianggap sebagai penyegaran rohani bagi umat Islam di bekas lokalisasi terkenal tersebut.
Terkait usulan tersebut, aktivis masyarakat Dolly Wahyu Cahyonegoro menyampaikan tanggapannya atas usulan tersebut.
Ketua Dolly English Club ini, memberikan sejumlah alasan penolakan atas usulan itu.
Pertama,
Kami masyarakat Dolly mengucapkan terima kasih atas tausiyah Gus Miftah di eks lokalisasi Dolly kemarin, namun mengenai usulan beliau tentang perubahan nama Dolly menjadi Alfadholi kami nilai tidak perlu.
Kedua,
Bicara tentang Dolly substansinya adalah tradisi wisata dan tradisi entertainment. Sejarah kawasan dolly dari masa ke masa memang penuh dengan nuansa wisata dan hiburan, hingga akhirnya pernah terpeleset menjadi pusat hiburan seksual. Pada saat menjadi sentra wisata sexual, Dolly mampu mendatangkan ribuan wisatawan setiap harinya.
Kedua,
Setelah Wisata seksual Dolly ditutup, maka perekonomian warga eks Dolly menjadi buruk. Oleh karena itu kami warga Dolly selama ini berjuang untuk membangun kembali Dolly sebagai ikon wisata, tapi berubah dari wisata prostitusi menjadi wisata budaya dan edukasi murah ramah. Dari sekian banyak karya nyata yang telah kami lakukan untuk Dolly, kami percaya bahwa kerja strategis dan nyata jauh lebih penting daripada hal-hal seremonial walaupun populis. Kami lebih memilih langkah konkret substantif, karena memang itulah yang lebih signifikan untuk masyarakat eks lokalisasi Dolly.
Keempat,
Kami yakin dengan kesabaran dan konsistensi, eks lokalisasi Dolly-jarak akan mampu menjadi magnet untuk ribuan visitor tiap harinya, bahkan melebihi saat wisata prostitusi masih buka.
Kelima,
Jadi Matur nuwun Gus Miftah, biarkanlah nama Dolly tetap Dolly. Tidak perlu berubah jadi Alfadholi atau Alcahyo atau Alfirman misalnya. Biarlah nama Dolly tetap menjadi daya tarik pengunjung, tapi ketika mereka tiba di Dolly yang mereka jumpai bukan lagi tempat prostitusi tapi tempat edukasi dan persemaian budaya khas Jawa-Timuran.
Pernyatan Wahyu Cahyonegoro, dikutip dari menaramadinah.com.