Perang Dagang, Dolar AS Digdaya, Terus Bagaimana Rupiah Kita?
Nilai tukar dolar AS terus menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB, 1 September 2018. Ketegangan perang dagang antar negara adi daya ternyata terus membebani sentimen investor.
Akhir pekan ini memang menjadi batas waktu yang ditetapkan Amerika Serikat kepada Kanada untuk kesepakatan perdagangan baru. Presiden Donald J Trump awal pekan kemarin juga mengumumkan bahwea AS dan Meksiko telah mencapai pakta perdagangan bilateral awal yang akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Menurut laporan Xinhua, sampai Jumat pagi, pemerintah Kanada belum ada tanda-tanda menyepakati apa yang diinginkan AS. ''Kami belum ada di sana,'' kata perunding perdagangan Kanada Chrystia Freeland. AS mengancam kalau tidak ada kesepakatan baru, negeri itu mengancam akan menerapkan tarif terhadap industri manufaktur mobil Kanada.
Di tengah tekanan perang dagang itu, sentimen konsumen AS sedikit meningkat selama bulan Agustus. Ini berlawanan dengan perkiraan para ekonom. Menurut survei bulanan Universitas Michigan, indeks sentimen konsumen mencapai 96,2 dalam data akhir bulan tersebut.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,35 persen menjadi 95,0540 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1604 dolar AS dari 1,1664 dolar AS pada sesi sebelumnya. Pound Inggris turun menjadi 1,2961 dolar AS dari 1,3012 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia merosot ke 0,7184 dolar AS dari 0,7256 dolar AS.
Dolar AS dibeli 111,01 yen Jepang, lebih rendah dari 111,04 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9693 franc Swiss dari 0,9694 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3047 dolar Kanada dari 1,2990 dolar Kanada.
Lantas apa dampaknya terhadap rupiah kita. Jika dolar AS menguat, selalu diikuti dengan pelemahan rupiah. Akhir pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di bawah titik terendah sejak krisis ekonomi 1998. Akankah pelemahan masih akan terus terjadi?
Hari Jumat (31/8/2018) kemarin, nilai tukar rupiah menembus Rp 14.829 per dollar AS. Kondisi ini membuat BI memborong surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui kalau pihaknya telah membeli SBN di pasar primer maupun sekunder.
''Di pasar sekunder, kami telah membeli Rp 3 Triliun. Itu hampir semua yang dijual asing kami beli,'' katanya kepada wartawan. Selain itu, BI di hari kerja akhir pekan terus membuka lelang forex swap dengan target 400 Dolar AS selain membuka swap hedging setiap hari. (Rif/antara)