Dokumen AS Sebut Prabowo Dalang Penculikan Aktivis 98, Ini Bantahan Gerindra
Sebanyak 34 dokumen rahasia Amerika Serikat yang dirilis oleh lembaga Arsip Keamanan Amerika (NSA) mengungkap dalang dibalik penghilangan aktivis mahasiswa pada era prareformasi, salah satunya adalah Prabowo Subianto.
Ada banyak laporan yang terungkap dalam dokumen yang dimuat BBC Indonesia, Rabu, 25 Juli 2018, di antaranya percakapan staf Kedutaan AS di Jakarta dengan sejumlah pejabat Indonesia, laporan para diplomat terkait situasi Indonesia saat itu.
Kemudian juga ada laporan telegram percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth dengan Komandan Kopasus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto.
Yang lebih menarik adalah dokumen arsip tertanggal 7 Mei 1998 yang berisi laporan staf Kedutaan Besar AS tentang nasib para aktivis yang tiba-tiba menghilang. Dalam catatan itu memuat para aktivis yang menghilang boleh jadi ditahan di fasilitas Kopassus di jalan lama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor.
Kemudian juga percakapan seorang staf politik Kedutaan Besar AS di Jakarta dengan seorang pemimpin organisasi mahasiswa memunculkan nama Prabowo Subianto.
Narasumber tersebut mengaku mendapat informasi dari Kopassus bahwa penghilangan paksa dilakukan Grup 4 Kopassus. Informasi itu juga menyebutkan bahwa terjadi konflik di antara divisi Kopassus bahwa Grup 4 yang masih dikendalikan Prabowo. "Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto," sebut dokumen tersebut.
Namun hal ini dibantah oleh Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra, Andre Rosiade bahwa Prabowo bukan pelaku penculikan aktivis mahasiswa 1998.
Ada laporan telegram percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth dengan Komandan Kopasus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto.
"Pak Prabowo itu bukan pelaku penculikan. Yang ada itu Tim Mawar yang melakukan, mengamankan 8 orang. Nah, 8 orang itu sudah dalam keadaan bebas dan hidup semua," ujarnya seperti dikutip BBC Indonesia.
Andre Rosiade menegaskan bahwa sejumlah personel Tim Mawar Kopassus sudah menghadapi Mahkamah Militer karena telah "mengamankan" delapan aktivis.
"Pak Prabowo juga sudah mempertanggungjawabkan itu. Nah dari delapan aktivis itu, bahkan diantaranya jadi anggota DPR dari Gerindra. Kalau mereka merasa diculik oleh Pak Prabowo, mungkin tidak akan mau bergabung dengan Partai Gerindra. Ya kan?" ujar Andre sembari menyebut nama Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, dan Desmond J Mahesa.
Harusnya, lanjut Andre, tudingan penculikan paksa terhadap aktivis mahasiswa 1998 lebih tepat ditanyakan kepada Wiranto yang saat itu menjabat Panglima ABRI. "Nah, korban yang lain, tanyakan ke Panglima ABRI waktu itu, Jenderal Wiranto. Sekarang dia Menkopolhukam-nya Pak Jokowi," ujar Andre.
Soal kemunculan dokumen rahasia AS, Andre menilai seperti ada kesengajaan. "Ini kayak kaset rusak yang diulang-ulang. 2014 juga waktu Pak Prabowo mencalonkan jadi presiden, isu ini muncul," cetusnya.
Ditambahkan Andre, tudingan penculikan paksa aktivis 1998 ini merupakan salah satu upaya mendiskreditkan Prabowo.
"Ini ya biasa menjelang pemilu. Jadi ini selalu diputar berulang-ulang kayak kaset rusak. Habis ini biasanya Pak Prabowo pelaku penembakan Trisakti gitu loh. Biasanya mainnya gitu. Nah, nanti terbantahkan," kata Andre. (wit)