Doktor Teroris, Ali Fauzi Eks Napiter Lamongan Wisuda Doktor UMM
Manusia bisa berubah jika ada kemauan. Seperti itulah gambaran dari mantan narapidana teroris (napiter) Ali Fauzi. Hari Selasa kemarin merupakan momen spesial buat dirinya.
"Nangis saya, Bang," begitu kalimat pertama yang terucap. Selanjutnya, Ali Fauzi berterima kasih kepada ngopibareng.id, yang mengucapkan selamat atas gelar akademik doktor yang diraihnya.
Ya! Adik trio bomber bom Bali 1 yakniAli Ghufron, Amrozi, dan Ali Imron itu wisuda sarjana strata tiga (S3) dengan gelar doktor Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Prosesi wisuda ke-107 di Dome UMM.
Tangis itu, menurut Ali Fauzi, karena tidak menyangka jika jalan hidupnya seperti ini. Jujur, dia sempat membayangkan, jika tetap bertualang menjadi seorang teroris, dipastikan tidak akan bisa mendapatkan perubahan nasib.
"Semisal saya memilih kehidupan seperti yang dulu-dulu. Saya tidak akan menjadi siapa-siapa, " tuturnya, sepulang dari Malang.
Ditambah lagi, ia merasa tidak berlatar belakang murni pendidikan. Tapi begitu ada tekad, ia akhirnya bisa meraih prestasi bergelar Doktor Pendidikan Agama Islam.
Diakui, ini tidak lepas dari bimbingan para dosen di UMM serta atas kebesaran Allah Yang Maha Kuasa, hingga akhirnya ia bisa melewati tantangan demi tantangan selama menempuh kuliah strata tiga ini.
"Saya juga menangis, merasa terharu karena menjadi wakil para wisudawan wisudawati yang berjumlah 850 orang untuk berbicara di atas panggung," imbuhnya.
Memang, tidak mudah Ali Fauzi meraih gelar tersebut. Butuh waktu tiga setengah tahun. Diawali 2019 kuliah, selanjutnya ia menjalani kuliah daring karena pandemi COVID-19 tahun 2020. Ia juga sempat cuti satu semester, hingga akhirnya berlanjut lagi 2022 dan wisuda pada Februari tahun ini.
Rentang waktu kuliah selama itu, terbilang molor. Alasan Ali Fauzi, kuliah S3 dirasakan sangat berat. Beda jauh dengan kuliah S1 atau S2. Tidak bisa dibuat main-main.
"Waktu semester empat, saya sudah sempat hampir mrothol (berhenti). Tidak kuat rasanya," tukasnya.
Apalagi, lanjut pria yang akrab disapa Manzi ini, ketika memasuki revisi-revisi disertasi dengan menghadapi tiga pembimbing atau promotor yang semuanya profesor. Mereka adalah Prof Dr Ishomuddin, Prof Dr Syamsul Arifin dan Prof Dr A dul Haris.
Untuk menyamakan perspektif tiga profesor ini kan sulit. Butuh waktu diskusi yang panjang, yang akhirnya terdapat revisi. Ini butuh waktu lama, dan tentu menjadikan proses kuliah juga menjadi lama.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Dari proses itu saya banyak mendapatkan hikmah di tangan tiga profesor itu, kekurangan dan kelemahan saya semuanya kelihatan," paparnya.
Untuk meraih gelar doktor ini, Ali Fauzi memilih judul disertasinya "Edukasi Moderasi Beragama Bagi Para Mantan Narapidana Teroris (Napiter)". Ini merupakan studi fenomenologi mantan napiter di Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Sebagai informasi, YLP adalah yayasan yang didirikan Ali Fauzi bersama dengan mantan teroris lainnya. Ini satu-satunya yayasan yang bergerak di bidang control flow integrity (CFI). Tujuannya menjauhkan dari sifat-sifat destruktif, terorisme, termasuk pengeboman.
YLP beranggotakan para napiter sekaligus tempat 'pulang' napiter baru bebas dari masa hukuman dan dinyatakan sudah berikrar kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berlokasi di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, tidak lain tanah kelahiran dan domisili Ali Fauzi sampai sekarang. Sepeti halnya, tiga kakaknya trio bom Bali juga dilahirkan di desa ini.
"Adapun intisari dari disertasi saya, jika moderasi beragama dilakukan kepada eks napiter secara tepat, maka akan banyak napiter yang sembuh. Bahkan, bisa lebih bermanfaat bagi negara ini," tandasnya.
Disinggung langkah ke depan setelah menyandang gelar akademik doktor, mantan kombatan kerusuhan Ambon dan Poso ini, Ali Fauzi belum sempat berpikir.
Padahal, sebelum wisuda doktor dia sudah banyak mendapatkan tawaran untuk menjadi dosen dari sejumlah perguruan tinggi swasta (PTS). Disebutkan, beberapa PTS di Jakarta, Jawa Tengah, Surabaya dan Malang.
"Tidak perlu saya sebut perguruan apa, tidak etis," tukasnya, didampingi Umar Patek, napiter bom Bali 1 yang belum lama ini bebas dari masa hukuman.
Pada wisuda doktor di UMM Malang, selain didampingi sanak keluarga juga diantar beberapa napiter anggota YLP, termasuk Umar Patek, sahabat karib lainnya.
"Top..! Top... ini Ali Fauzi. Teroris jadi doktor. Mantap," seloroh Umar Patek.
Pujian itu disambut ucapan terima kasih Ali Fauzi atas dukungan kawan-kawan napiter lainnya, seraya menjelaskan kalau dia kini menyandang dua gelar, doktor juga dokter.
"Doktor ya dokter. Selain sekarang saya menyandang doktor, sampai sekarang masih melekat sebagai dokter. Dokternya teroris," pungkasnya dibarengi tertawa bersama.
Selamat atas prestasinya!