Doktor Pendidikan Siap Pensiun Dini Setelah Geluti Bisnis Alpukat
Alpukat unggul kini menjadi "istri kedua" Dr Nuryono, MPd. Dia mengelutinya sehar-hari. Di sela-sela kesibukanya sebagai pengawas sekolah di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Blitar.
Malah, alumni Pondok Pesantren Lirboyo yang menyelesaian studi doktornya di Universitas Negeri Malang ini sudah siap-siap pensiun dini. Untuk lebih menekuni dunia pembibitan dan perkebunan alpukat.
Padahal, sebagai ASN (Aparat Sipil Negara) ia bukan pegawai biasa. Berbagai prestasi telah digaetnya. Ia pernah juara Pengawas Pendidikan Berprestasi tingkat Nasional. Juga Pengawas Inspirator 2017 dan Instruktur Kurikulum 2013.
Tapi, berbagai prestasi itu dianggapnya kurang. Ia ingin lebih bermanfaat bagi orang lain. Dengan memotivaai para petani untuk berkebun holtikultura. Tidak hanya alpukat, tapi juga mangga kualitas ekspor dan durian. Kedua jenis buah-buahan ini sedang dikembangkan di Blitar Selatan.
Kini ia sedang mengembangkan kemitraan perkebunan alpukat di lereng Gunung Kelud. Luasnya tak tanggung-tanggung. 25 hektar. Sudah separuh lebih ia sulap lahan dalam satu lokasi itu menjadi perkebunan alpukat. Bersama petani setempat.
Ia mengaku terinspirasi anak muda Ambarawa, Jawa Tengah, yang tajir karena menggeluti alpukat. Lewat Pusat Bibit dan Buah Alpukat (Pusbikat) yang dikembangkannya. Agus Riyadi namanya. Yang pernah ditulis ngopibareng.id, belum lama.
"Saya punya kompetensi tanaman buah alpukat, klengkeng, durian, mangga, dan jambu biji. Juga punya ketrampilan stek sambung dan stek sisip," kata pria yang tinggal di Tlogo, Kanigoro, Blitar ini.
Nuryono mempunyai kebun pembibitan di dekat rumahnya dan desa sebelahnya. Dia tidak hanya membuat bibit, tapi juga semacam laboratorium perawatan pohon alpukat. Mulai cara intervensi pupuknya sampai dengan pengolahan tanahnya.
Berbeda dengan Agus Riyadi yang memberi nama varietas alpukatnya dengan nama-nama lokal. Nuryono cenderung membiarkan nama varietas yang dikembangkannya dengan nama asli yang sudah berkembang.
Dia kembangkan 7 jenis alpukat unggul. Yakni alpukat Markus alias Hawai, Aligator, Florida/Long Green, Miki Depok, Hass, Colombos, dan Giant Monster. Dia pun hapal keunggulan dan kekurangan masing-masing jenis itu. Mulai rasa, ketebalan dagingnya, besaran buahnya, dan besaran bijinya.
Seperti Agus Riyadi, Nuryono yang mulai menggeluti dunia holtikultura tahun 2013 ini belajar secara otodidak. Didorong keinginannya untuk mengubah keadaan. Menjadikan bumi Blitar hijau dengan berbagai tanaman buah tropis yang mempunyai nilai ekonomis.
Pekerjaannya sebagai pengawas Madrasah juga ikut mendorong menekuni dunia ini. Ia menyaksikan banyak madrasah yang kembanh kempis karena keterbatasan sumber keuangan. Tidak bisa mengembangkan kualitas belajar mengajar karena minim sumber dana. Sehingga banyak yang mati pelan-pelan.
Ia pun menjadikan pengetahuannya di bidang holtikultura ini sebagai bahan motivasi para guru madrasah untuk bangkit. Bangkit secara ekonomi. Dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki masing-masing. Di tanah pekarangan yang mereka punya.
Nuryono baru akan memanen berbagai bibit yang dikembangkannya tahun ini. Kebun yang telah ditanami bibit alpukatnya sudah berbunga. Enam bulan lagi sudah dipetik hasilnya. Namun, sudah banyak bibit yang dibeli orang lain yang telah panen. Hasilnya memang sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Dari hasil pembibitan alpukat, ia sudah menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya.
Sebagai orang pendidikan dan motivator, ia punya gaya dalam memprovokasi orang lain berbuat lebih baik. Memberikan motivasi para guru untuk mengubah nasibnya. Dengan materi yang disiapkan dengan matang. Juga kebun percontohan yang bisa dikunjungi setiap saat.
Nuryono telah menuai hasil dari kegiatannya menekuni dunia baru buah-buahan yang punya nilai ekonomi. Ia berhasil mengajak banyak orang menggunakan bibit yang dikembangkan untuk berkebun alpokat.
Tantangannya selanjutnya bagaimana ia membangun jaringan pasar untuk hasil kebun kemitraan yang dirintisnya. Seperti Agus Riyadi Pusbikat yang juga sekaligus menjadi pedagang buah. Yang juga mampu menjual alpukatnya ke mana-mana.
"Saya bermimpi Indonesia bisa menguasai pasar buah dunia. Setidaknya sama dengan Thailand," kata mantan aktifis mahasiswa yang sudah menekuni dunia bisnis sejak masih kuliah ini.
Rasanya Indonesia perlu banyak orang seperti dia. *)