Berusia 24 Tahun, Doktor ITS Kembangkan Pendeteksi Osteoporosis
Pengabungan teknologi dan ilmu kedokteran kini marak dikembangkan untuk membatu masyarakat, khususnya pada deteksi dini penyakit. Hal ini pun juga dilakukan Rarasmaya Indraswari, mahasiswa program doktor Ilmu Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Melalui disertasi berjudul Sistem Deteksi Osteoporosis Berdasarkan Fitur Cortical Bone Rahang Bawah pada Cone-Beam Computed Tomography (CBCT), Raras biasa ia disapa, mengembangkan sistem yang bisa mendeteksi osteoporosis.
Raras menerangkan, selama ini gejala dari osteoporosis seringkali tidak terdeteksi dan tidak dirasakan oleh penderita.
“Penyakit yang menyerang sistem rangka manusia ini biasanya baru terdeteksi ketika penderita sudah mengalami patah tulang,” tutur gadis kelahiran 17 Juli 1995.
Adapun sistem deteksi yang diusulkan Raras dikembangkan secara otomatis berdasarkan fitur tulang kortikal rahang bawah pada CBCT. “ Sistem ini terdiri dari empat tahap utama,” kata Raras.
Tahapannya berupa pemotongan pada gambar CBCT, segmentasi tulang kortikal rahang bawah, ekstraksi fitur kekeroposan tulang kortikal, serta klasifikasi untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam kelompok normal, osteopenia, atau osteoporosis.
Pada tahap pertama, tulang rahang disegmentasi menjadi tiga bagian dengan menggunakan nilai intensitas grayscale dan bentuk dari tulang kortikal. “Metode tersebut dipilih karena bersifat adaptif terhadap setiap slice atau potongan CBCT,” imbuh alumnus SMAN 5 Surabaya tersebut.
Hasil segmentasi bagian tulang kortikal inferior kemudian digunakan dalam proses ekstraksi. Hasil ekstraksi tersebut kemudian digunakan untuk melakukan klasifikasi data menjadi kelompok normal, osteopenia, dan osteoporosis menggunakan metode Multiclass SVM.
Menggunakan 30 buah data CBCT yang disertai dengan hasil pengukuran BMD memakai perangkat DEXA, sistem yang diusulkan oleh Raras ini telah berhasil melakukan deteksi osteoporosis dengan akurasi mencapai 87,10 persen.
Raras menambahkan, saat ini standar deteksi osteoporosis adalah dengan mengukur kepadatan mineral tulang atau yang biasa disebut bone mineral density (BMD) pada tulang punggung menggunakan perangkat Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA).
"Namun deteksi 2D yang dilakukan sekarang terkadang ada beberapa gambar tulang yang tumpang tindih. Untuk itu, dengan CBCT, bisa didapat gambar tiga dimensi (3D) tulang rahang, sehingga menjadi lebih jelas dan detail," tandasnya.
Diketahui, dari hasil disertasinya ini, Raras berhasil menyandang gelar doktor di usia belia, 24 tahun, usai dinyatakan lulus dalam sidang promosi doktor yang digelar di Departemen Teknik Informatika ITS.