Ki Joko Langgeng, Dokter Wayang Sembuhkan Wayang Rusak
Namanya Ki Joko Langgeng. Usianya 67 tahun. Di usia tuanya, ia mendedikasikan sisa hidupnya untuk melestarikan budaya wayang kulit. Selain berprofesi sebagai dalang ruwat, ia mendapat julukan "Dokter Wayang".
Tempat praktik Ki Joko Langgeng di Dusun Sumber, Desa Tiru, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Bapak lima anak ini memiliki ratusan pasien wayang kulit yang rusak dan perlu untuk diperbaiki.
"Dalam rentang waktu satu tahun wayang yang rusak ini, belum tentu jadi karena begitu banyaknya yang harus saya perbaiki. Ratusan wayang rusak ditempatkan dalam kotak yang terbuat dari kayu," terang Ki Joko yang sudah puluhan tahun menggeluti profesinya tersebut.
Menurutnya, pemberian gelar sebagai dokter wayang diperoleh dari temannya sesama dalang. Para pelanggannya yang butuh jasa perbaikan bukan hanya berasal dari Kediri saja, tapi juga dari berbagai daerah seperti Jakarta, Cilacap, Surabaya dan lainya.
Warisan Leluhur
Ki Joko Langgeng menceritakan bahwa bakat yang ia miliki sebagai seorang dalang merupakan warisan leluhur. “Secara turun-temurun dari keluarga abdi dalem Keraton Solo,” ujarnya.
Menurut sisilah leluhur, Ki Joko Langgeng merupakan keturunan kelima yang mewarisi bakat sebagai dalang serta memiliki kemampuan memperbaiki wayang kulit. "Saya ini termasuk generasi kelima. Leluhur saya Mbah Mulyo Kusumo adalah abdi dalem Keraton Solo," kisahnya.
Ia selalu berpegang teguh pada prinsip jika ada wayang yang mengalami kerusakan harus segera diperbaiki, tidak malah dibuang serta dikubur dan dilarung ke sungai oleh pemiliknya.
"Prinsip saya, kalau dibuang juga eman-eman (sayang), itu kan buatan para leluhur. Meski pun yang membuat wayang telah meninggal, tetapi kan jasadnya saja, rohnya tidak. Saya diberi pesan sama guru, “Kamu perbaiki wayang saja nanti wayangmu banyak”,” kenang Ki Joko Lenggeng pada pesan gurunya.
Ki Joko Langgeng menyebut nama gurunya ialah Ki Gondo Darman. Ia merupakan guru dari dalang kondang Ki Mantep dan Ki Anom.
Pada umumnya wayang yang ditangani Ki Joko Langgeng mengalami kerusakan sekitar 70 persen. Biasanya kerusakan ada di bagian kepala, tangan, dan kaki. "Asalkan kulitnya tidak bosok (busuk) masih bisa diperbaiki. Bahan dasar untuk membuat wayang kan asalnya dari kulit kerbau dan sapi," jelasnya.
Beberapa karakter wayang kulit yang pernah diperbaikinya antara lain Buto, Kurowo, Pendowo, Sabrangan serta tokoh pewayangan lainya. “Saat memperbaiki wayang rusak dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Tidak bisa dilakukan dengan cara tergesa-gesa,” beber Ki Joko Langgeng.
Paling cepat, lanjutnya, perbaikan dilakukan selama tujuh hari. Selama menangani wayang rusak, ia tidak pernah mengalami kesulitan. Semua dikerjakan dengan mudah. Bahkan, wayang yang terlihat sudah lama terlihat kusam masih bisa diperbaiki oleh tangan Ki Joko Langgeng sehingga terlihat seperti baru kembali.
Dokter wayang pasang tarif tergantung dari tingkat kerusakan wayang tersebut. Jika kerusakannya ringan hanya kisaran Rp150-200 ribu. Sedangkan kerusakan yang parah dibanderol Rp 250.000.
Ritual Doa Khusus
Ki Joko Langgeng mengaku pernah memperbaiki wayang Brotoseno buatan tahun 1.816. Wayang jenis klasik ini biasa ia perbaiki, termasuk wayang kuno milik salah satu museum ternama di Kota Surabaya.
Jenis wayang kulit yang diperbaiki dominan mengarah ke ciri khas versi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, ia tidak pernah pilih-pilih asal usul wayang ketika memperbaikinya.
Menurut mata batin spritualnya, wayang yang ia perbaiki, terkadang memiliki kekuatan gaib. Karena itu sebelum memperbaiki wayang, ia harus menggelar ritual doa.
"Sebelum melangkah melakukan perbaikan ya ritual dulu, istilahnya kita minta izin. Jadi tidak sekedar memperbaiki. Saat ritual, saya tidak pernah menggunakan dupa atau sebagainya, cuma doa saja cukup 10 menit," tegasnya.
Selain berdoa ia juga berpuasa meminta ridha dari Tuhan. Ketika ritual doa sudah dijalankan, ia baru melangkah melakukan pekerjaannya. “Selama bekerja tidak ada gangguan dari makhluk gaib yang bersemayam dalam wayang,” ujarnya.
Selain melayani jasa perbaikan, Ki Joko Langgeng juga bisa membuat wayang kreasi Panji.
Punya Calon Penerus
Ki Joko Langgeng kembali melanjutkan ceritanya, sejak tahun 1968 ia sudah tiga kali berpindah tempat tinggal, mulai dari Salatiga, Semarang hingga ia memilih menetap di Kabupaten Kediri.
Pemilihan lokasi tempat tinggal, kata Ki Joko Langgeng, merupakan petunjuk dari gurunya. “Menetap di Kediri sejak tahun 1989, setelah mendapat petunjuk dari gurunya. Saya memang tidak muda lagi, tapi tenaga saya masih tetap dibutuhkan banyak orang untuk pentas pertunjukan wayang pengruwatan atau wayang Purwo,” tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Ki Joko Langgeng mengaku diutus oleh pemerintah pusat ke Ho Chi Minh City, Vietnam, selama beberapa bulan untuk diperbantukan memberikan pelatihan kesenian karawitan serta menggelar pertunjukan wayang kulit.
Selama pentas atau memberikan pelatihan, Ki Joko Langgeng selalu mengajak sang istri, Endang Sutarmi yang merupakan sinden.
"Istri saya ini selalu saya ajak ikut pentas, baik di Kediri atau luar kota. Ibu mengajar kesenian sinden dan campursari di rumah. Muridnya ada sekitar sepuluh orang. Mereka pada umumnya berstatus pelajar," ujarnya.
Ki Joko Langgeng mengaku telah memiliki calon penerus. Putra ketiganya bernama Slamet Sri Raharjo juga memiliki kemampuan yang sama dalam memperbaiki wayang. Pria 38 tahun ini sudah punya kemampuan membuat wayang kulit sendiri.