Dokter Nur Alim Basyir Hutasuhut: Kesembuhan Pasien yang Utama
Berkecimpung di dunia spesialis mata bukanlah hal baru bagi dokter Nur Alim Basyir Hutasuhut, Spesialis Mata. Pria berdarah Batak ini memilih menekuni bidang General Ophtalmology dan Infeksi Imunologi sejak lulus studi di Universitas Airlangga pada tahun 2013. Sejak saat itu, dokter Nur Alim bergabung di RS Mata Undaan Surabaya.
Menjadi dokter mata subspesialis General Ophtalmology dan Infeksi Imunologi membuat dr. Nur Alim terbiasa menangani pasien dengan tantangan yang beragam. Mulai dari ringan hingga berat. Pasalnya, RS Mata Undaan menjadi rujukan dari berbagai rumah sakit di daerah.
“Seringnya menemui pasien datang dengan derajat sakitnya berat. Struktur bola matanya tidak baik. Rata-rata kornea penglihatannya bermasalah. Karena kerusakan bola mata, ada yang posisinya tidak pada tempatnya,” katanya.
Dokter Nur Alim melanjutkan, ada pula pasien yang bola matanya harus diambil karena tak mampu berfungsi dengan baik. Namun, kendati demikian ini menjadi tantangan bagi pria kelahiran 1979 itu. Dokter Nur Alim berupaya semaksimal mungkin mengobati dan mempertahankan mata pasien tersebut.
“Kami mengobati infeksinya dengan pemberian obat, selain itu mengevaluasi kurangnya apa. Meskipun matanya ada kerusakan, kami mencoba mempertahankan matanya agar tidak diambil. Di situlah tantangannya,” imbuhnya.
Kesembuhan Pasien adalah Kebahagiannya
Bagi dokter Nur Alim semua pasien yang dia tangani membuatnya berempati. Pria alumnus Universitas Hang Tuah Surabaya ini pun mengutamakan kesembuhan pasien. Keberhasilannya dalam menangani pasien adalah kebahagiaan baginya.
“Semuanya berkesan dan variasi kesulitannya berbeda. Kita mengurangi rasa nyerinya dan gelisah pasien karena penyakitnya,” ucapnya.
Sementara, masih terekam jelas di benaknya kala dia menangani pasien berusia remaja pada 2020 silam. Remaja tersebut mengalami masalah pada pandangannya akibat infeksi virus. Setelah dua kali kontrol, pasien tersebut mampu melihat objek dengan jelas. Tak hanya itu, setelah seminggu, perawatan pandangan sang pasien berangsur pulih.
“Seingat saya remaja itu sudah berobat lama di luar. Saat kita obati, pada kontrol kedua dia sudah bisa melihat jelas. Penglihatan pertama hanya bisa melihat lambaian tangan, objeknya tidak jelas. Kontrol kedua bisa membaca tulisan paling kecil di alat periksa mata,” kenangnya.
Perkuat Ilmu Diagnosa Melalui Fellowship
Di sisi lain, dokter Nur Alim memperoleh fellowship dari Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Kirana pada tahun 2017 lalu. Fellowship yang diikutinya selama enam bulan membuat dokter Nur Alim semakin terasah dalam diagnosa dan terapi mata yang terinfeksi dan mengalami peradangan.
“Fellowship-nya terintegrasi dengan Universitas Indonesia, setelah ikut menjadi lebih terampil saat praktik. Terutama saat diagnosa dan terapi. Karena basic-nya kan sudah ada saat pendidikan, sedangkan saat ini kan langsung praktik,” tutup pria yang tergabung dalam Indonesian Ocular Infection and Immunology Society sejak 2017 itu.