Doa Menyembuhkan Maksiat, Ini Pesan Khusus Kiai Ma'ruf Khozin
Setiap manusia tempanya salah. Tak ada manusia yang tak mempunyai salah dan kesalahan, kecuali Para Nabi dan Rasul yang dijamin bebas dari kesalahan alias ma'shum.
Kesalahan itu menunjukkan derajat kemanusiaan dan sifat manusiawi di mata Allah Subhanahu wa-ta'ala (SWT). Tak juga kekhilafan kita terhadap tindakan maksiat.
Guna memahami hal itu, berikut uraian singkat Kiai Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pondok Pesantren Suramadu Surabaya, yang juga Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur:
Saya pernah membeli sebuah rumah di sudut gang. Karena saat survei dan membeli di siang hari jadi tidak tahu tempat tersebut digunakan apa saja di malam harinya.
Setelah isya HP saya berdering beberapa kali. Saya angkat ternyata istri menelpon: "Ayah cepat pulang. Di depan rumah banyak orang m*buk. Saya takut". Saya pun bergegas pulang.
Melingkari Kemaksiatan
Ternyata betul, ada beberapa orang yang duduk melingkar dan ada minuman tepat di depan mereka. Kalau saya memaksa cara nahi mungkar dengan ilmunya Jet Li sudah pasti mereka pada lari. Tapi saya sadar diri. Saya sendirian dan mereka banyak.
Mereka mungkin ada yang ahli mencak tapi saya cuma bisa mencak-mencak. Saya belum mampu ingkar dengan tangan, juga dengan tutur kata karena saya orang baru dan belum mendapat tempat di hati mereka. Ingkar bil qalbi jadi opsi terakhir. Saya pakai cara lain.
Karena kebetulan sepulang ngaji ada kelebihan roti dari masjid dan dibungkus untuk saya, seketika saya berikan kepada salah satu mereka. "Suwun, suwun" kata mereka. Ada yang bilang lagi: "Besok lagi ya", kata lainnya, maksudnya besok saya disuruh memberi roti lagi.
Beberapa hari tetap saya berikan jajan. Kalau tidak diberi takmir masjid kadang saya beli sendiri, kadang martabak, kadang terang bulan. Terpenting dari rezeki halal. Saat memberikan kepada mereka itulah saya berdoa: "Ya Allah, semoga melalui rezeki yang halal ini Kau masukkan hidayah kepada mereka". Beberapa pekan terlewati hingga beberapa bulan, mereka sudah tidak lagi terlihat menenggak minuman keras di depan rumah. Saya tidak tahu apakah mereka mendapat hidayah atau pindah tempat lain, yang terpenting kemungkaran di tempat terdekat saya sudah tidak ada.
Cara dan doa tersebut saya dapatkan dari guru saya, Ust. Kang Lukman. Beliau beralasan: "Boleh jadi hidayah belum datang karena terhalang rezeki yang tidak halal".
Di gambar video ini Habib Jindan mengisahkan ada orang yang bermaksiat. Ada yang meminta kepada seorang ulama agar didoakan celaka. Tetapi justru didoakan:
اللهم كما فَرَّحْتَهم في الدنيا ففَرِّحْهم في الآخرة
"Ya Allah, sebagaimana Engkau bahagiakan mereka di dunia maka bahagiakan mereka di akhirat". Boleh jadi Allah memberi hidayah di akhir hayatnya hingga Husnul Khatimah, happy ending.
Hal-hal tidak baik sudah pasti selalu ada. Tetapi cara menyelesaikan dan agar menyudahi agar kemungkaran tidak muncul lagi memerlukan banyak strategi, kesabaran dan dengan cara yang bijak. Sebagaimana banyak ditemukan dalam kitab-kitab Fikih:
لا يجوز انكار المنكر بما أنكر منه
Tidak boleh menghilangkan kemungkaran dengan cara yang lebih mungkar (Majmu' Fatawa, 14/472)
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bisshowab.