Doa Khusus dan Pertemuan Alumni Lintas Pesantren Sebelum Istighosah
Sejumlah Kiai Sepuh hadir di pesantren Yayasan Nurul Islam (Nuris) Jember untuk berkumpul dan membacakan doa khusus sesaat sebelum dimulainya Istighosah Akbar "Mengetuk Pintu Langit" yang digelar di Kampung Jakcloth, Jl Slamet Diyadi, Jember.
Doa Khusus kali ini dilakukan oleh sejumlah Kiai sepuh diantaranya adalah KH Zainuddin Jazuli dari Ploso Kediri, KH Kholil As’ad dari Situbondo, KH Anwar Mansur dari Lirboyo Kediri, KH Anwar Iskandar dari Kediri, dan KH Nurul Huda Jazuli dari Ploso Kediri.
Kemudian, KH Miftahul Akhyar dari Kota Surabaya, KH Nawawi Abdul Jalil dari Sidogiri Pasuruan, KH Agus Ali Masyhuri dari Bumi Sholawat Sidoarjo, ada pula KH Moh. Hasan Mutawakil Allalah dari Genggong Probolinggo.
Hadir juga KH Fu'ad Jazuli dari Ploso Kediri, KH Idris Hamid dari Pasuruan dan KH Ubaidillah Faqih dari Langitan Tuban.
Selain membacakan doa-doa khusus, pertemuanpada Minggu, 15 April 2018, ini juga dilakukan untuk temu alumni beberapa pesantren besar diantaranya pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pesantren; Pesantren Ploso Kediri; Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo; Pesantren Lirboyo, Kediri; serta Anuqoyah, Sumenep.
"Guru dan para Kiai yang memilih Gus Ipul, dan kita ini berhutang budi pada masyayikh. Jadi kalau kamu berani menentang guru, bisa hilang ilmumu. Citra santri adalah patuh pada Kyai," kata KH Anwar Iskandar, pengasuh pesantren Al Amin, Kediri.
Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, menjelaskan bahwa politik adalah salah satu aspek yang lazim dilakukan oleh para santri atau pun jemaah di era dewasa ini.
Sehingga, sebuah hal yang lumrah kalau para alumni pesantren ikut berpatisipasi di politik terutama untuk memenangkan pasangan Gus Ipul dan Mbak Puti. "Apalagi komitmen ini dimpimpin oleh para kiai," kata Cak Imin dalam sambutannya.
"Insya Allah kalau sudah dipilihkan kiai, Jawa Timur aman, damai dan sejahtera," tegas Cak Imin yang juga Wakil Ketua Majelis Permusyaratan Rakyat (MPR) RI ini.
Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, KH M Hasan Mutawakkil 'Alallah mengatakan hal senada. Menurut Kiai Mutawakil, Jawa Timur menjadi barometer nasional.
Hal ini dilihat dari kondusifitas yang terjaga. "Mengapa bisa seperti itu? Salah satunya, karena masyarakat Jawa Timur masih patuh kepada kiai. Sehingga kalau ada konflik, bisa diredam dengan cepat," kata Kiai Muttawakil.
"Sehingga, ketaatan kepada kiai adalah kebutuhan. Kalau kita mau selamat, salah satunya adalah patuh dengan ulama," kata Kiai Muttawakil.
Di akhir sambutannya, Kiai Mutawakil menutup dengan sebuah pantun.
"Amplop putih jangan sampai luntur, disimpan di atas sumur. Gus Ipul dan Mbak Puti Guntur, Insya Allah, akan membuat Jawa Timur makmur," kata Kiai Muttawakil. (Wah/frd)