DMI Terus Gencar Sosialisikan Bahaya Stunting Melalui Masjid
Dewan Masjid Indonesia (DMI) bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus gencar melakukan orientasi peningkatan kesadaran Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) melalui masjid.
Wakil Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat DMI Jaorana Amiruddin, mengatakan, tahun ini pihaknya memfokuskan Germas kepada pencegahan stunting-gizi buruk yang mengakibatkan terlambatnya tumbuh kembang anak dan juga pengendalian Tuberculosis (TBC).
"Ini merupakan kerjasama pimpinan pusat DMI dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam hal ini direktorat promosi kesehatan, kegiatan ini sudah berlangsung beberapa tahun, tahun ini di Jawa Timur sendiri kami memberikan sosialisasi ke 50 peserta," kata dia, saat ditemui, di Yellow Hotel, Surabaya, Sabtu 20 Oktober 2018.
Ke 50 orang yang hadir ini, kata dia terdiri perwakilan takmir masjid, majelis taklim, remaja masjid, yang berasal dari Ponorogo dan Malang. Jaorana berharap, saat para peserta ini kembali ke kabupaten/kotanya masing-masing, mereka bisa mensosialisasikan apa didapatkan disini kepada jemaahnya.
"Dari 50 orang ini masing-masing bisa menyampaikan informasi ke minimal 20 orang lain, maka akan ada 500 yang mendapatkan informasi. Kita harapakan informasi ini seperti bola salju yang terus bergulir ke jemaah yang lain," kata dia.
Yang terpenting kata Jaorana adalah tersampaikannya informasi tentang stunting, agar masyarakat menjadi paham bahwa masalah yang timbul pola asuh dan gizinya buruk pada seribu hari pertama anak, bisa menyebabkan tumbuh kembang anak itu menjadi tak normal.
"Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara yang termasuk tinggi angka stuntingnya, bahkan satu dari tiga anak balita di sini, mengalami stunting," kata dia.
Tak hanya itu, DMI juga prihatin terhadap angka TBC di Indonesia. Ia mengklaim Indonesia yang dulunya menempati 4 peringkat tertinggi, sekarang malah menjadi peringkat 2 terbesar penderita TBCnya. "Indonesia sekarang di peringkat dua terbesar dunia angka TBCnya, setelah Cina. Ini mengerikan," kata dia.
Jaorana menyebut, dipilihnya masjid sebagai tempat mensosialisakan bahaya stunting dan TBC ini lantaran tempat ibadah umat muslim ini dinilai mempunya lima elemen strategis.
"Karena masjid punya lima elemen strategis. Masjid punya imam, tokoh agama yang selalu didengarkan. Masjid punya pengurus, punya marbot. Masjid punya jemaah, artinya ada yang mendengar. Dan masjid punya bangunan fisik," kata dia.
Sementara itu, Ketua DMI Surabaya Arif Afandi yang juga hadir dalam sosialisi ini menilai kegiatan penting ini bisa memperluas fungsi masjid, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga dapat berperan aktif sebagai sumber berbagai macam hal positif.
"Menurut saya kita harus memperluas, masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga tempat dakwah. Dakwah itu bagaikan marketing hal-hal yang public friendly, ramah terhadap publik, salah satumya juga kesadaran akan kesehatan," kata dia.
Dengan adanya gerakan semacam ini, Arif yang juga mantan Wakil Wali Kota Surabaya, berharap setiap jemaah yang usai beribadah di masjid, jemaah tersebut mendapatkan pencerahan baru, bukan hanya hal soal kegamaan, tapi juga instrumen kesehatan. (frd)