DKS Nilai Alun-alun Surabaya Ambigu
Proyek pembangunan alun-alun bawah tanah Surabaya mulai menjadi bahan omongan warga. Proyek yang diprediksi bakal rampung pertengahan tahun ini tampak masih jauh dari gambaran alun-alun.
Luhur Kayungga, Ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS) menanyakan dasar pembuatan alun-alun kota itu. Proyek senilai 60 Miliar tersebut secara desain masih sangat jauh terlebih pada nilai filosofisnya.
"Alun-alun yang kami ketahui ada tanah lapang, masjid, dan di seberangnya ada penjara. Itu gambaran kawulo dan gusti. Kalau proyek ini kan sekedar taman," katanya, Selasa, 25 Februari 2020.
Luhur mencontohkan, kelayakan penyebutan alun-alun itu seperti alun-alun Contong atau Tugu Pahlawan. Karena persyaratan utama berbentuk tanah lapang.
"Seperti alun-alun Contong, atau Tugu Pahlawan. Kalau menurut kami ini (pembangunan alun-alun) kemeriyek. Jadi kumuh," ujarnya.
Ketua umum DKS Periode 2020-2024 ini mengaku, bahwa selama ini DKS tidak diikutkan dalam pembuatan master plan. Sehingga, pihaknya mempertanyakan fungsi dari DKS, bila tidak pernah dilibatkan.
"DKS enggak pernah dilibatkan. Ini kan banyak unsur-unsur yang dibangun oleh sebuah kota. Jembatan peninggalan Belanda ini kan bagus. Ini (pembangunan alun-alun Surabaya) persoalan proyek saja. Tapi, dari sisi seni engga ada," katanya.
Diketahui, alun-alun bawah tanah Surabaya ini dibangun di bawah Balai Pemuda. Sehingga alun-alun kota ini akan konsepnya taman bawah tanah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Bangunan dan Gedung Dinas Cipta Karya Surabaya, Iman Kristian mengatakan, bila melihat konteks alun-alun secara umum sudah memenuhi syarat.
Namun, ia mengakui awalnya proyek ini merupakan taman. Karena Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang menginginkan adanya alun-alun, maka taman tersebut disebut alun-alun.
"Itu kan sudah ada semua. Awalnya kan cuma brandingnya saja alun-alun. Sama kayak Tunjungan, jadi Tunjungan Plasa. Ini keinginan Bu Wali," ujarnya.
Iman, sapaannya, menuturkan, mencari seniman di Surabaya untuk mewarnai arsitektur alun-alun bawah tanah itu.
"Siapa yang bisa mewarnai desain ini, susah loh. Kita sendiri masih mencari karakter arsitekturnya seperti apa, Apakah Surabaya secara historis?" katanya.
Sementara, Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Baktiono mengatakan akan membuat lomba untuk mendesain alun-alun Surabaya. Menurutnya hal ini perlu dilakukan agar ada kajian-kajian seni di dalamnya.
"Agar ada nilai seni di dalam ini. Orang datang ke Surabaya akan tahu ciri khas Surabaya," katanya.