Djoko Pekik, Pelukis Berburu Celeng itu Meninggal Dunia
Djoko Pekik, pelukis kerakyatan, dikabarkan meninggal dunia, Sabtu 12 Agustus 2023 pukul 08.00 WIB di Yogyakarta. Tentu saja, kabar duka bagi kalangan seniman dan aktivis kebudayaan di Indonesia.
Kabar Djoko Pekik meninggal dunia tersebut disampaikan oleh aktor Butet Kartaredjasa di akun Instagram-nya, Sabtu, 12 Agustus 2023.
"Selamat Jalan Pak Djoko Pekik. Sumangga Gusti," tulis Butet, senimanYogyakarta itu, soal kabar Djoko Pekik meninggal dunia.
Butet juga membagikan foto kebersamaan dirinya dengan Djoko Pekik. Belum diketahui penyebab Djoko Pekik meninggal dunia.
Djoko Pekik lahir pada 2 Januari 1937. Seniman yang sejumlah karyanya berkaitan tentang situasi politik di tanah air. Di antara, yang terkenal adalah lukisan berjudul Berburu Celeng yang menggambarkan situasi saat Orde Baru (Orba).
Pada 8 November 1965, Djoko Pekik pernah ditangkap polisi karena diduga berhubungan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kisah Pelukis dan Karyanya
Djoko Pekik adalah pelukis Indonesia yang dikenal sebagai pencipta karya seni lukis yang berjudul "Berburu Celeng". Lukisan yang dibuat pada 1998 ini dianggap sebagai gambaran keadaan pemimpin Indonesia pada era Orde Baru.
Dalam Almanak Seni Rupa Indonesia (DiterbitkanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta), disebutkan, selama berkarier sebagai seniman lukis, Djoko Pekik pernah ditangkap dan dipenjara tanpa diadili oleh aparat pada 1965 karena dianggap berhubungan dengan Lekra, organisasi kebudayaan sayap kiri.
Setelah bebas, ia sempat vakum dan baru kembali menggelar pameran pada sekitar 1990-an.
Masa muda Djoko Pekik lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, pada 2 Januari 1937 dari keluarga petani. Pada awalnya, ia ingin menjadi seorang kepala desa yang memiliki seperangkat gamelan.
Namun, berkat bakat melukisnya, ia justru tumbuh menjadi seniman lukis Indonesia yang sangat terkenal.
Pendidikan yang didapatkan Djoko Pekik tidak berjalan lancar. Ia bahkan tidak lulus sekolah dasar. Namun, semangatnya membuat ia terus belajar dan berkembang dengan meneruskan pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta.
Karier Bersama Lekra
Djoko Pekik pernah bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra, lembaga kesenian yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Bersama Lekra, ia tumbuh menjadi pelukis yang fokus pada sosial kerakyatan, yang menolak segala bentuk kapitalisme.
Pada 1961, Djoko Pekik mendirikan Sanggar Bumi Tarung bersama Amrus Natalsya, Misbach Tamrin, Ng Sembiring, Isa Hasanda, Kuslan Budiman, Sutopo, Adrianus Gumelar, Sabri Djamal, Suharjiyo Pujanadi, Harmani, dan Haryatnopada Tan.
Sanggar yang terletak di Yogyakarta ini berdiri untuk mengajak seniman menggunakan Prinsip 1-5-1 yang dibuat oleh Lekra, sebagai pedoman menciptakan karya.
Maka dari itu, seluruh anggota Sanggar Bumi Tarung harus menjadi anggota Lekra terlebih dahulu.
Sebelum 1965, Djoko Pekik tercatat pernah beberapa kali menggelar pameran lukisannya di Jakarta.
Setelah pecah peristiwa G30S pada 1965, Djoko Pekik, yang aktif di Lekra kemudian ditangkap. Hal itu akibat dari pembersihan orang-orang, simpatisan, dan lembaga yang berafiliasi dengan PKI, yang dianggap sebagai dalang peristiwa G30S.
Selain Djoko Pekik, banyak anggota Sanggar Bumi Tarung yang ditangkap oleh aparat. Sanggar ini pun dibubarkan pada masa Orde Baru.
Djoko Pekik ditangkap kemudian ditahan mulai 8 November 1965 di penjara Wirogunan. Ia baru dibebaskan pada 1970-an, setelah tujuh tahun dipenjara.
Selepas bebas dari penjara, Djoko Pekik sempat vakum melukis dan bekerja serabutan. Akan tetapi, jiwa melukisnya tidak pernah mati.
Karya Djoko Pekik Sejak penangkapannya, Djoko Pekik baru mulai aktif melakukan pameran pada sekitar 1990-an.
Pada 1989, ia pernah mengikuti pameran Internasional yang diselenggarakan di Amerika Serikat. Tanpa diduga, banyak orang-orang dari dalam maupun luar negeri yang kagum dan suka dengan karyanya.
Aliran lukis Djoko Pekik adalah realis-ekspresif yang dibumbui dengan nilai-nilai kerakyatan. Karya lukisan Djoko Pekik banyak yang memuat kritik terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan berjudul "Berburu Celeng", yang dibuat pada 1998. Bahkan lukisan yang dianggap sebagai gambaran keadaan pemimpin Indonesia pada era Orde Baru ini dihargai sekitar satu miliar.
Pada 2013, Djoko Pekik menggelar pameran tunggal yang berjudul “Jaman Edan Kesurupan”, yang menampilkan 28 lukisan dan tiga patung karyanya antara periode 1964-2013.