Diva Kurnianingtyas Doktor Termuda ITS, 24 tahun 9 Bulan
Diva Kurnianingtyas dari Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), berhasil menyandang predikat sebagai wisudawan Doktor termuda. Usianya baru 24 tahun 9 bulan. Prosesi Wisuda Diva akan dilakukan Minggu, 10 Oktober mendatang.
"Sejujurnya, saya tidak pernah berekspektasi kuliah lanjut di usia muda. Tetapi karena keinginan serta doa ibu saya bisa mencapai titik ini,” kata perempuan kelahiran Malang, 13 Desember 1996 ini.
Diva Kurnianingtyas sebelumnya menempuh S1 Teknik Informatika di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Dia menempuh pendidikan selama 3,5 tahun. Setelah tiga bulan bekerja di bidang Data Engineering, Diva Kurnianingtyas mengambil beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di ITS jurusan Teknik Sistem dan Industri.
“Saya di ITS menempuh studi S2 selama setahun dan studi S3 selama tiga tahun,” tuturnya.
Diva Kurnianingtyas mengungkap banyak tantangan yang harus dia lalui untuk menyandang gelar Doktor. Pertama, dia harus belajar secara cepat agar bisa menyelesaikan studi tepat waktu. Kedua, lanjutnya, studi di usia muda menjadi tantangan tersendiri bagi mentalnya. Khususnya, belajar bagaimana mengontrol emosi serta menerima keadaan yang tidak selalu sesuai dengan ekspektasi.
“Yang terpenting adalah belajar sabar. Studi S3 tidak seperti studi S1 dan S2 yang terus belajar ilmu pengetahuan, melainkan belajar ilmu kehidupan yang tidak pernah diperoleh sebelumnya,” tambah putri tunggal dari Iffah Nur Rahmiyati ini.
Selama kuliah, gadis asal Kota Malang ini banyak mengembangkan diri dalam proyek dan penelitian. Diva Kurnianingtyas juga beberapa kali mempresentasikan penelitiannya dalam konferensi internasional hingga publikasi jurnal terindeks Scopus.
"Sejauh ini, bidang yang saya tekuni adalah Perencanaan dan Manajemen Kesehatan, Pemodelan Simulasi, Data Mining, Pemrograman serta Optimasi,” terangnya.
Dalam disertasinya Diva Kurnianingtyas mengangkat topik mengenai perancangan, pengembangan, dan perencanaan sistem asuransi kesehatan nasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh strategi alternatif mekanisme rujukan kesehatan agar anggaran keuangan stabil, premi terjangkau, dan kualitas program meningkat.
"Temuan saya dalam penelitian disertasinya ini adalah faktor krusial yang menyebabkan defisit keuangan terjadi karena kepatuhan peserta dalam membayar premi setiap bulan dan inefektif sistem rujukan," ungkapnya.
Meskipun banyak peserta yang menunggak pembayaran, lanjut Diva Kurnianingtyas, mengubah rujukan atau penetapan premi peserta menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan. Hal ini karena dapat mengurangi terjadinya anggaran keuangan yang mengalami defisit.
"Kedepannnya saya ingin fokus pada peningkatan pengetahuan dan kemampuannya dalam mengoptimasi sistem sektor kesehatan sebagai bentuk implementasi dua keilmuannya yaitu Teknik Informatika serta Teknik Sistem dan Industri," tutup Diva Kurnianingtyas.