Dituduh Terima Suap, Suu Kyi Jalani Sidang Lanjutan
Pemimpin demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi dijadwalkan menjalani sidang lanjutan, Senin 15 Maret 2021. Bekas penerima Nobel Perdamaian ini, dikenai tuduhan menerima suap atas kasus di negerinya.
Atas tuduhan itu, Pengacara penasihat Myanmar Aung San Suu Kyi, Khin Maung Zaw, membantah tuduhan junta militer yang menyebut kliennya melakukan tindakan korupsi.
"Tuduhan terhadap Aung San Suu Kyi, penasihat negara tidak berdasar, terutama terkait dolar dan emas batangan. Itu adalah lelucon paling lucu dari semuanya," kata Khin seperti yang dikutip AFP, Minggu 14 Maret 2021.
Juru bicara junta militer, Brigjen Zam Min Tun mengatakan, Suu Kyi menerima suap sebesar US$600 ribu atau sekitar Rp8.5 miliar dan lebih dari 10 kilogram emas batangan.
Suap itu, diberikan kepada Suu Kyi dalam bentuk emas. Pihak yang mengadukan dugaan suap itu adalah mantan Menteri Besar Yangon, Phyo Mien Thein.
"Dia (Thein) menyampaikan hal itu. Kami sudah melakukan verifikasi faktual berkali-kali. Saat ini komisi anti-korupsi tengah menyelidiki dugaan itu," kata Tun.
Suu Kyi memang dijadwalkan menjalani sidang lanjutan hari Senin 15 Maret 2021. Namun sejauh ini Khin mengatakan ia dan tim pengacara lainnya belum bisa bertemu langsung dengan kliennya.
Sementara itu, pasukan keamanan Myanmar menewaskan sedikitnya 12 orang, menurut laporan saksi mata dan media, ketika penjabat pemimpin pemerintahan paralel sipil bersumpah dalam pidato publik pertama pada hari Sabtu lalu melakukan "revolusi" untuk membatalkan kudeta militer 1 Februari.
Lima orang ditembak mati dan beberapa lainnya cedera ketika polisi melepaskan tembakan pada protes duduk di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, kata saksi mata kepada Reuters.
Yang lainnya tewas di pusat kota Pyay dan dua tewas dalam tembakan polisi di ibukota komersial Yangon, di mana tiga orang juga tewas dalam semalam, menurut laporan media domestik.
"Mereka bertingkah seperti berada di zona perang, dengan orang-orang tak bersenjata," kata aktivis yang berbasis di Mandalay, Myat Thu. Dia mengatakan korban tewas termasuk seorang anak berusia 13 tahun, seperti dikutip dari Reuters, Minggu 14 Maret 2021.
Si Thu Tun, pengunjuk rasa lainnya, mengatakan dia melihat dua orang ditembak, termasuk seorang biksu Buddha.
“Salah satunya terkena di tulang kemaluan, satu lagi ditembak mati hingga tewas,” katanya.
Di Pyay, seorang saksi mata mengatakan pasukan keamanan awalnya mencegat ambulans dari membawa mereka yang terluka, yang menyebabkan satu meninggal.
Seorang sopir truk di Chauk, sebuah kota di tengah Wilayah Magwe, juga tewas setelah ditembak di bagian dada oleh polisi, kata seorang teman keluarga.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon dari Reuters untuk meminta komentar.
Siaran berita malam media MRTV yang dikelola junta menyebut para pengunjuk rasa sebagai "penjahat" tetapi tidak merinci lebih lanjut.
Lebih dari 70 orang telah tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap perebutan kekuasaan oleh militer, kata kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Advertisement