Dituduh Seksis, Justin Timberlake Minta Maaf pada Dua Perempuan
Justin Timberlake sedang dihujani kritik bersikap seksis dan misoginis di masa lalu. Tuduhan ini muncul usai film dokumenter Britney Spears berjudul Framing Britney Spears beredar. Justin Timberlake pun meminta maaf kepada Britney, dan juga Janet Jackson.
Permintaan maaf itu disampaikan Justin lewat Instagramnya. "Saya melihat pesan, tanda pagar, komentar, dan kerisauan, dan saya ingin merespon," tulisnya pada status yang diunggah 21 jam lalu di Instagramnya.
"Saya sangat menyesal atas sikap saya yang berkontribusi pada masalah, ketika bicara saya salah, ketika saya diam dan tak menyampaikan apa yang benar," lanjutnya dalam status yang telah disukai satu juta kali tersebut.
"Secara spefisik saya meminta maaf kepada Britney Spears dan Janet Jackson, karena saya menghormati dan peduli pada dua perempuan ini, dan saya tahu, saya telah gagal," lanjutnya.
Diketahui, permintaan maaf Justin terhadap Britney ditujukan pada kata-katanya yang seksis, 20 tahun lalu, ketika mereka berdua masih berpasangan. Saat itu Justin mengumumkan jika dia telah tidur dengan Britney dan menuduhnya telah selingkuh. Narasi ini kemudian muncul dalam lagu Cry Me a River di tahun 2002, dengan aktris dalam video klip yang menyerupai Britney Spears.
Sedangkan permintaan maaf pada Janet Jackson disampaikan terkait skandal Superbowl tahun 2004 lalu. Saat itu Justin dan Janet tampil sepanggung dan Justin tampak menarik baju Janet Jackson hingga dadanya terlihat.
Skandal itu memancing penyelidikan yang agresif dari Komisi Komunikasi Federal serta menempatkan Janet Jackson sebagai sansak kritik. Sedangkan Justin Timberlake seolah tak tersentuh serta mereguk sukses besar di tahun berikutnya, dan tampil kembali di Superbowl 2018, dilansir dari Variety.
"Saya merasa harus merespon, karena setiap orang berhak mendapat perlakuan lebih baik dan yang terpenting, karena ini menjadi bagian dari percakapan di mana saya dengan tulus ingin menjadi bagian di dalamnya," tutup Justin Timberlake.
Komentar ini muncul pasca dirilisnya film Framing Britney Spears. Film yang mengisahkan hak konservatoris yang dipegang ayah Britney atas berbagai urusan keuangan anaknya sejak 2008. Sejak itu, Britney menolak tampil sebagai bentuk protes atas turunnya hak tersebut. Namun, film juga secara luas mengisahkan tentang perlakuan media dan pihak lain, yang seksis dan sangat bias, kepada Britney sepanjang karirnya. (Var)