Ditolak Masuk SMKN, Wali Murid Anak Inklusi Tak Putus Asa
Semua orangtua tentu menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak terkecuali, para orangtua anak-anak inklusi yang harus berjuang mendapatkan sekolah negeri.
Terik matahari tak membuat para wali murid dari anak inklusi menyerah untuk memperjuangkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang selanjutnya. Mereka pun datang secara bergantian ke Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Surabaya, untuk meminta haknya.
Pasalnya, anak berkebutuhan khusus atau inklusi ini berkali-kali ditolak oleh beberapa SMK Negeri yang ada di Surabaya. Beragam alasan menyertai penolakan tersebut. Mulai pihak sekolah hanya menyediakan beberapa bangku saja hingga, alasan tidak ada guru pendamping bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
Hal itu pun dialami oleh wali murid dari Khristian Hardiansyah, Theresia. Ia mengatakan jika anaknya sudah dua kali ditolak oleh pihak SMKN yang ada di Surabaya.
"Dulu kan dari SMPN 28 Surabaya. Terus coba daftar di SMKN 8 Surabaya ditolak, karena bangkunya sudah penuh. Terus saya coba lagi di SMKN 4 Surabaya ditolak juga karena tidak ada guru inklusi," ujar There.
Dua kali ditolak, tak membuat There patah semangat. Ia pun kemudian datang kembali ke Dispendik untuk meminta saran.
"Saya bolak-balik ke sini, pas ditolak langsung kembali lagi. Ini tadi saya dikasih rekomendasi untuk daftar di SMKN 12 Surabaya," lanjutnya.
There pun berharap agar Khristian dapat melanjutkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan sang anak. Menurutnya, Khristian mempunyai bakat yang harus dikembangkan.
"Ya, semoga bisa diterima sekolahnya, Karena Khristian ini mempunyai bakat dalam bidang musik. Yang penting kita berusaha dulu," harapnya.
Hal senasib juga dialami Asiyah, warga daerah Karamenjangan ini pun harus bolak-balik le Dispendik untuk memperjuangkan pendidikan sang anak. Ia mengaku ditolak pihak sekolah ketika mendaftarkan anaknya.
"Waktu saya daftar di SMKN 8, di situ membludak. Kuotanya hanya 30 bangku, sedangkan yang daftar ada 100 orang. Anak saya nggak masuk akhirnya," ujar ibu tiga anak ini.
Tak berhenti begitu saja, ia pun kembali mendaftarkan anaknya ke sekolah lain meski harus melewati tes.
"Dari SMKN 8, itu saya ke Dispendik lagi, terus direkomendasikan ke SMKN 4. Nah, di SMKN 4 itu kan ada tes, syaratnya IQ harus diatas 60. Akhirnya saya coba, alhamdulillah anak saya lolos," ungkapnya.
Meski begitu, ke depannya Asiyah berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ketika akan mendaftar sekolah.
"Ke depannya pemerintah bisa lebih perhatian lagi dengan anak inklusi. Kalau bisa ya nggak dipersulit lagi," pungkasnya. (amm)