Diterpa Hujan Deras, Petani Tembakau Utara Jombang Berduka
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Jombang beberapa hari terakhir, menyisakan duka mendalam bagi petani tembakau. Pasalnya lahan tembakau tergenang air dan akhirnya mati. Kondisi ini terjadi merata di lima kecamatan yang selama ini menjadi penghasil tembakau, seperti Ploso, Kabuh, Plandaan, Ngusikan, serta Kudu.
Padahal saat ini tembakau di kawasan utara Sungai Brantas tersebut sudah berusia antara tiga hingga empat minggu. "Semuanya tergenang air," ucap Vivin Aprilianto, Kepala Dusun Dukuh, Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, Kamis 1 Juli 2021.
Kerugian yang dialami petani menurut Vivin sangat besar. Setiap hektare petani menghabiskan modal Rp 10 juta. Mulai bibit, pengobatan, hingga perawatan. "Di sini ada puluhan hektare lahan tembakau, tinggal mengalikan Rp 10 juta. Itu kerugian petani," ungkapnya.
Pernyataan sama juga disampaikan Imron, 55, salah satu petani di Desa Gedungombo, Kecamatan Ploso. Ia mengatakan hujan yang terjadi di bulan Juni membuat ia dan petani lainnya gagal panen. "Petani sangat terpukul, apalagi ini masih dalam suasana pandemi Covid-19," katanya.
Ia berharap ada kepedulian dari pemerintah daerah, misalnya dalam bentuk memberikan bantuan ganti rugi. "Meskipun tidak penuh, tidak apa-apa. Karena untuk tanam lagi sangat berat. Petani tak memiliki modal lagi. Tapi jika ada bantuan, bisa dipakai untuk modal tanam lagi. Bisa tembakau atau tanaman lainnya," ujarnya.
Ia juga mengusulkan segera dilakukannya normalisasi Sungai Marmoyo. Sungai tersebut melintasi sejumlah desa di Kecamatan Ploso hingga Kudu. Karena mengalami pendangkalan, air sungai sering meluap ke lahan pertanian warga.
"Kami berharap ada normalisasi Sungai Marmoyo. Karena sungai tersebut sudah mengalami pendangkalan. Air yang meluap kemudian menggenangi lahan tembakau," pungkasnya.