Diterpa Gelombang Kedua, Negara di Eropa Lockdown Lagi
Dua negara raksasa ekonomi Eropa, Prancis dan Jerman kembali menerapkan lockdown mengikuti meningkatnya kasus infeksi Covid-19. Prancis menerapkan lockdown ketat mulai Jumat besok, sedangkan Jerman mulai menerapkan lockdown sejak Senin.
Lockdown di Prancis berlangsung dengan ketat. Penduduk tak boleh keluar rumah kecuali untuk pekerjaan penting dan berobat.
Mereka harus mengisi formulir khusus jika ingin keluar rumah. Tindakan ini serupa dengan lockdown yang berlangsung pada Maret lalu. Meski, layanan publik dan pabrik tetap buka.
Pelajar sejak usia enam tahun diwajibkan menggunakan masker di sekolah. Aturan ini memperketat sebelumnya, di mana kewajiban bermasker hanya diterapkan pada pelajar usia 11 tahun keatas.
Presiden Emmanuel Macron menyatakan negaranya sedang menghadapi gelombang kedua pandemi dan "tak diragukan akan lebih kencang dibanding gelombang pertama," katanya.
Kasus infeksi harian di Prancis mencapai angka tertinggi sejak April. Pada Rabu lalu, terdapat tambahan 36.437 kasus baru dan 244 orang meninggal. Kini Prancis mencatat total infeksi mencapai 1,2 juta dan 35 ribu orang meninggal.
Sementara di Jerman menerapkan lockdown yang lebih ringan dibandingkan Prancis. Penduduk tak dilarang keluar rumah namun restoran, gymnasium, dan gedung bioskop akan ditutup sejak Senin. Sekolah dan taman kanak-kanak akan tetap buka, dan kontak sosial dibatasi di tingkat rumah tinggal dengan jumlah peserta maksimal 10 prang. Kegiatan pariwisata akan dihentikan.
Upaya di sektor ekonomi dilakukan dengan mengganti pendapatan perusahaan kecil hingga 75 persen, dari pendapatan sepanjang November 2019 mereka.
Lockdown sebagian akan diterapkan pada 2 November 2020 dan berlangsung hingga 30 November berdasarkan kesepakatan Angela Merkel dan pimpinan dari 16 negara bagian.
Petugas kesehatan di Jerman mengatakan jika 89 orang meninggal dan 16.774 infeksi baru, dicatat pada Kamis 29 Oktober 2020. Total terdapat 486 ribu kasus di Jerman, dan 10 ribu orang meninggal. "Kami sedang berada di gelombang kedua. Natal tahun ini akan berbeda," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (Bbc)