Disinyalir, Ada RS Nakal Manfaatkan Pandemi Covid-19 untuk Bisnis
Beberapa rumah sakit ditengarahi berbuat curang dengan memanfaatkan pandemi Covid-19. Setiap pasien yang berobat, langsung disodori surat pernyataan bersedia dirawat dengan prosedur Covid-19.
Kalau tidak mau menandatangani, pasien disuruh membawa pulang. Alasannya tidak ada tempat bagi pasien lain kecuali yang terkena Covid-19.
Ngopibareng menemui beberapa saksi yang mengalami perlakuan seperti itu. Abd Rahman, 55 tahun, warga Jalan Budi Raya Kemanggisan Jakarta Barat, salah satunya.
Pedagang batu alam yang biasa dipanggil Emeng ini menuturkan, Selasa 29 September kedatangan sudarannya dari Cisauk Tangerang.
Ia minta diantar ke RS karena asam lambungnya naik. Tiga rumah sakit yang ia datangi semuanya menolak, kecuali mau membuat pernyataan bersedia ditangani dengan prosedur Covid.
"Sebagai orang awam saya bingung dan takut, saudara saya itu kemudian dibawa ke RS yang lain ternyata memperoleh perlakuan yang sama," kata Emeng.
Emeng menyebut tiga rumah sakit menolaknya, tapi minta nama rumah sakit itu tidak ditaulis.
"Saya takut urusannya jadi panjang nanti dilaporkan pencemaran nama baik rumah sakit," kata Emeng yang kemudian membawa sudaranya ke poliklinik. Akhirnya di poliklinik itu saudaranya dilayani dengan baik.
Saksi lain menyampaikan, salah seorang keluarganya meninggal dunia akibat kelainan jantung. Tapi pengurusan jenazah dan proses pemakamannya menggunakan prosedur Covid.
Kalau di luar prosedur Covid seluruh biaya harus ditanggung sendiri sekitar Rp15 juta. Sebaiknya kalau mengikuti prosedur Covid gratis. Keluarga tidak perlu repot, tinggal duduk manis.
Dua hari kemudian keluar hasil laboratorium sudaranya tersebut dinyatakan negatif Covid-19.
"Makamnya diasingkan, keluarga diisolasi dan dijauhi masyarakat, ternyata negatif. Mungkin masih banyak lagi yang bernasib seperti saudara saya," kata Endah, adik almarhum, warga Bintaro.
Isu soal dugaan kenakalan oknum RS terhadap pasien selama pandemi covid-19 sempat menjadi bahan perbincangan saat Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di kantor Pemprov Jateng, Kamis, 1 Oktober 2020.
Moeldoko mengatakan harus ada tindakan serius agar isu yang menimbulkan keresahan pada masyarakat ini segera tertangani.
Moeldoko mengatakan, isu rumah sakit mencari keuntungan dengan menjadikan pasien yang meninggal berstatus Covid-19 untuk mendapatkan anggaran dari pemerintah sudah menggema di masyarakat.
"Saya diskusi banyak dengan Pak Gubernur, salah satunya adalah tentang definisi ulang kasus kematian selama pandemi. Definisi ini harus dilihat kembali, jangan sampai semua kematian itu selalu akibat Covid-19," kata Moeldoko.
Sebab sudah banyak terjadi, orang sakit biasa atau mengalami kecelakaan, didefinisikan sebagai meninggal karena Covid-19. Padahal sebenarnya, hasil tesnya negatif.
"Ini perlu diluruskan, jangan sampai ini menguntungkan pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan," ujar Moeldoko ketika menjelaskan kembali topik pembicaraannya dengan Gubernur Ganjar, Jumat 2 Oktober 2020.
Sebelumnya, Gubernur Jateng menjelaskan banyak asumsi muncul semua yang meninggal di rumah sakit di-covid-kan. Ini sudah terjadi di Jawa Tengah, ada orang yang diperkirakan terkena covid-19 terus meninggal, padahal hasil tes belum keluar.
Setelah hasilnya keluar ternyata negatif. Ini kan kasihan, ini contoh agar kita bisa memperbaiki hal ini, "kata Ganjar.
Untuk mengantisipasi hal itu, Ganjar sudah menggelar rapat dengan jajaran rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Tengah dan pihak yang terkait. Dari rapat itu diputuskan, untuk menentukan atau mengekspos data kematian, mereka yang meninggal harus terverifikasi.
"Seluruh rumah sakit di mana ada pasien meninggal, maka otoritas dokter harus memberikan catatan meninggal karena apa. Catatan itu harus diberikan kepada kami, untuk kami pengungkit dan memberikan statemen ke luar," katanya
Dengan sistem itu, maka akan terjadi data terlambat (data delay) soal angka kematian. Namun menurut Ganjar hal itu lebih baik terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa juga pernah mengusulkan supaya ada definisi yang jelas meninggal karena Covid-19 itu. "Masak tidak ada orang meninggal selain karena Covid. Semua meninggalnya karena covid. Ini kan aneh," kata Khofifah
Advertisement