Disinggung Cawapres Ganjar, Prof. Nasaruddin: Saya Bukan Terbaik
Sempat disebut-sebut masuk bursa calon wakil presiden (cawapres) yang akan disandingkan dengan calon presiden (capres) Ganjar Pranomo, Imam Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Nasaruddin Umar menepis dengan halus. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dari Sulawesi Selatan (Sulsel) itu mengaku, sadar diri dan kurang tepat menduduki jabatan tersebut.
“Saya sadar diri, bukan yang terbaik. Masih banyak yang jauh lebih baik untuk menduduki posisi itu,” kata Prof. Nasaruddin usai berceramah dalam Tabligh Akbar di Jalan Ikan Paus: 57, Kota Probolinggo, Selasa malam, 13 Juni 2023.
Malam itu Nasaruddin sengaja mendatangi rumah sahabatnya yang berasal satu kampung di Sulsel, Syamsu Alam kemudian tinggal di Jalan Ikan Paus: 57, Kota Probolinggo. Pengusaha kayu gaharu itu menggelar tasyakuran aqiqah putranya yang dikemas dalam Tabligh Akbar.
Ketua Umum Pesantren As’adiyah, Sengkang, Sulsel yang memiliki sekitar 500 cabang itu mengatakan, soal capres-cawapres tinggal menunggu takdir dari Allah. “Siapa pun terpilih itu yang terbaik untuk membawa ke arah Indonesia baru,” katanya.
Seperti diketahui, nama Nasaruddin masuk bursa ketika Puan Maharani menyebut, 10 kandidat cawapres yang akan mendampingi Ganjar. Seperti ditulis detik.com, bahkan Ganjar sendiri sempat menyanjung isi ceramah Nasaruddin saat halal bihalal dan silaturahmi yang digelar Pemerintah Kota Manado.
"Kebetulan Pak Olly (Gubernur Sulawesi Utara) lagi ada acara halal bihalal sehingga saya diundang ke sini. Penceramahnya juga hebat Imam Besar Masjid Istiqlal Pak Nasaruddin Umar dan bagus sekali isinya," ujar Ganjar dalam keterangan tertulis, Kamis, 18 Mei 2023.
Meski sejak kecil berkecimpung di pesantren dan pendidikan, Nasaruddin memiliki jejak sebagai di pemerintahan. Pria kelahiran Ujung-Bone, Sulsel pada 23 Juni 1959 itu pernah menjadi Wakil Menteri Agama RI pada 2011-2014 .
Selain pernah menjabat sebagai dirjen di Departemen Agama, Nasaruddin juga pendiri organisasi lintas agama untuk masyarakat dialog antar sesama umat beragama.
Bertahan dari Krisis
Dalam ceramahnya, Prof. Nasaruddin menyinggung sejumlah negara yang mengalami krisis ekonomi. “Syukurlah kita yang tinggal di Indonesia, mampu bertahan dari krisis ekonomo yang melanda banyak negara,” kata alumus S-3 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Nasaruddin pun berbagi pengalamannya saat bekunjung ke sebuah negara di Afrika yakni, Senegal. Dalam sebuah khutbah Jumat, khatib menyampaikan ceramahnya dengan mengagumi Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.
"Di Senegal itu sampai khutbah Jumat diterjemahkan ke dalamBahasa Inggris agar jamaah tahu isinya. Ternyata mereka menyanjung Indonesia sebagai negara mayoritas muslim yang mampu tumbuh secara ekonomi. Kita sebagai negara yang bisa ekspor pesawat terbang," papar Nasaruddin.
Guru besar dalam bidang tafsir Al Quran itu menambahkan, Indonesia yang mampu menekan laju inflasi dan menumbuhkan perekonimian mikro dan makro di tengah krisis bahkan resesi dunia saat ini, menjadi bagian dari isi khutbah Jumat di negara belahan Afrika Barat itu.
Nasaruddin menilai, dari ukuran standar ekonomi produk domestik regional bruto (PDRB) Indonesia sangat stabil, tingkat inflasi sangat rendah di bawah 4% (dibanding Turki di atas 90%), pertumbuhan ekonomi di atas 5% yang membuat Indonesia stabil dalam ekonomi.
"Kita itu kan gak merasakan kalau dunia sedang dilanda krisis. Tetapi kalau kita keluar seperti ke Spanyol, Turki itu sangat terasa sekali. Uang itu rendah sekali nilainya," katanya.