Diserbu Ribuan Ulat Jati, Warga di Desa Ini ‘Girap-girap’
Ribuan ulat jati menyerbu Desa Sumberkare, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo sejak sekitar dua pekan lalu. Warga pun “girap-girap” karena ulat berwarna hitam itu menyerbu rumah-rumah warga dan menjatuhi warga yang sedang melewati jalan di kawasan hutan jati di Sumberkare.
“Sudah sekitar dua minggu ini ulat-ulat jati itu menyerbu permukiman warga,” ujar Hasan, warga Sidokare, Rabu, 2 Januari 2019.
Ulat-ulat itu merambat di tembok, menyebar di ruang tamu, hingga menyusup ke ruang tidur dan dapur.
“Sudah dibersihkan tetapi besoknya kawanan ulat-ulat itu datang lagi ke rumah warga,” ujar Hasyim, juga warga Sidokare. Sebagian warga yang alergi ulat menderita gatal-gatal pada kulitnya.
Sepengetahuan Hasan, wabah ulat itu muncul setiap musim hujan yang ditandai dengan berseminya daun-daun jati.
“Daun-daun jati muda itu menjadi makanan ulat-ulat itu,” ujarnya.
"Diduga ulat-ulat yang menyerbu permukiman itu akan bersembunyi untuk melakukan proses metamorfosa menjadi kepompong dan terakhir berubah menjadi kupu-kupu. Tetapi karena jumlahya ribuan, serbuan ulat-ulat itu jelas mengganggu warga."
Diduga ulat-ulat yang menyerbu permukiman itu akan bersembunyi untuk melakukan proses metamorfosa menjadi kepompong dan terakhir berubah menjadi kupu-kupu. Tetapi karena jumlahya ribuan, serbuan ulat-ulat itu jelas mengganggu warga.
Tidak hanya warga di permukiman yang terganggu serbuan ulat. Sejumlah pengguna jalan yang mengendarai motor juga terganggu hewan berbulu itu. Ketika angin bertiup, banyak ulat di daun jati di kanan-kiri jalan yang “terjun bebas” mengenai pengendara motor.
“Meski tidak seberapa gatal, ulat-ulat yang jatuh dan menerpa kepala pengendara motor jelas mengganggu,” ujar Barsyam, warga Sidokare.
Dikatakan jika pengendara motor tidak konsentrasi bisa-bisa terjatuh bersama motornya.
Disinggung apakah tidak ada warga Sidokare yang mengais kepompong untuk dimakan seperti di Bojonegoro, Hasan dan Hasyim menggelengkan kepala. “Orang di sini gak ada yang mau makan enthung (kepompong, Red.),” ujar Hasan. (isa)
Advertisement