Disepakati, Kepemimpinan DKJT Mendatang Berbentuk Presidium
Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur periode mendatang tidak lagi tunggal sebagaimana periode terakhir dijabat oleh Taufik Hidayat atau Taufik Monyong, melainkan kolektif kolegal berbentuk presidium.
Dalam Musda DKJT yang saat ini berlangsung di Hotel Luminor Sidoarjo, rapat komisi organisasi menetapkan DKJT akan dipimpin presidium. Dalam rapat, 24 peserta memilih bentuk presidium, 4 orang memilih ketua tunggal sebagaimana yang ada sekarang, dan 2 peserta lainnya abstain.
Saat ini sidang yang dipimpin Eko Suwargono, Ketua Dewan Kesenian Jember sedang melakukan pemilihan terhadap 7 orang calon presidium.
Dengan ditetapkannya bentuk presidium, maka arus perubahan yang dimotori Krisman Hadi, Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur dan Eko Suwargono nampaknya berhasil mengarahkan jalannya Musda. Mereka sudah melakukan pertemuan sehari sebelum Musda dibuka hari Selasa kemarin.
Dukungan untuk perubahan ini nampaknya makin bertambah, karena sehari sebelumnya jumlah utusan dari daerah yang sepakat kepemimpinan DKJT berbentuk presidium hanya 18 utusan. Kemarin bertambah menjadi 22 suara, dan saat sidang ternyata bertambah lagi menjadi 24 suara.
Apabila akhirnya bentuk presidium ini menjadi ketetapan resmi dan terpilih personilnya, maka harus dilakukan perubahan terhadap AD/ART organisasi.
Seorang utusan yang tidak mau disebut namanya menceritakan, dirinya tidak mengira kalau suasana musda para seniman berlangsung tegang mirip kongres suatu parpol. “Banyak saya lihat konspirasi-konspirasi antar peserta, dan suasananya mirip kongres partai politik. Terus terang saya merasa ngeri, karena tidak menduga sebelumnya,” kata utusan dewan kesenian daerah itu.
Taufik Monyong sendiri yang berminat maju lagi memimpin DKJT 2019-2024 mengaku pasrah. Sebelumnya dia mengatakan dirinya tidak mengerti apa itu kepemimpinan berbentuk presidium.
“Mungkin nanti bisa ditafsirkan oleh biro hukum. Yang pasti saya menafsirkan pengurus DKJT itu kerja melayani seniman, itu yang penting. Apakah nanti berbentuk presidium atau apa, itu tergantung situasi. Kalau bentuk presiden itu representatif ke depan, ya akan kita kerjakan,” kata Taufik Monyong dalam wawancara dengan ngopibareng.id. (nis)