Disbudpar Surati BKSDA Terkait Jam Pendakian Ijen
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi mengaku telah menerima informasi terkait keluhan wisatawan yang tidak bisa melihat blue fire akibat jam pendakian. Bahkan, Disbudpar telah menindaklanjuti informasi tersebut. Secara resmi, Disbudpar sudah mengirim surat kepada BKSDA berkaitan dengan keluhan wisatawan itu.
“Kami sebetulnya beberapa bulan lalu sudah menulis surat langsung kepada BKSDA terkait untuk mengembalikan kembali kebijakan branding kita terkait blue fire,” jelas Kepala Disbudpar Banyuwangi, M Yanuar Bramuda, Selasa, 22 Februari 2022.
Namun, menurut Bramuda, hingga saat ini pihak BKSDA masih belum memberikan jawaban surat tersebut. Tidak hanya itu, menurutnya, beberapa minggu lalu Disbudpar mengundang sejumlah travel agen, guide, dan juga BKSDA berkaitan dengan persoalan ini.
Dalam pertemuan tersebut, semua menyampaikan memang banyak keluhan terkait jam pendakian itu. Dan seluruh travel agen dan guide yang hadir meminta untuk dikembalikan seperti sebelum pandemi.
“BKSDA menjawab sebetulnya kebijakan untuk blue fire itu kan tidak direkomendasikan karena berbahaya,” jelasnya.
Bramuda menambahkan, sebenarnya blue fire itu harus dirawat pada tempat-tempat khusus. Dan yang memahami dan tahu persoalan ini adalah penambang belerang. Menurutnya, para penambang sudah sanggup untuk melakukan itu sekaligus menjadi guide bagi para wisatawan.
“Nah, para penambang sudah siap. Jika itu diaktifkan kembali, maka dia siap merawat, siap mengawal para wisatawan itu dan itu merupakan tambahan ekonomi, dapat tambahan ongkos,” tegasnya.
Dia menegaskan, Disbudpar meminta agar jam pendakian dikembalikan seperti masa normal karena kekuatan dan daya tarik wisata Gunung Ijen ada pada blue fire.
Tentu kita menunggu perkembangann, kalau memang nanti dirasa tidak maksimal, kenapa kita meminta untuk dikembalikan karena kekuatan kita ada di situ pada blue fire itu. Jika kondisi ini terus berlarut-larut, kata dia, bukan hanya berdampak pada Ijen saja. Tetapi juga berdampak pada masyarakat yang lain.
“Baik di Tamansari atau yang menginap di hotel-hotel. Daya tariknya tetap itu (blue fire). Itu yang menjadi konsen kita,” tegasnya.
Advertisement