Surabaya Carnival Ditutup, Disbudpar: Banyak Wisata Serupa
Salah satu tempat wisata di Kota Pahlawan, yakni Surabaya Carnival, saat ini telah dibongkar oleh pihak pengelola. Kabar tersebut, diunggah oleh akun Instagram, @aslisuroboyo, Minggu, 25 Januari 2020.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, Sinarto, turut menyayangkannya. Menurut dia, ada berbagai faktor yang menyebabkan Surabaya Carnival tutup.
Salah satu penyebabnya, kata Sinarto, karena persaingan antar tempat wisata di Jatim yang sangat ketat. Dan, beberapa diantaranya, memiliki konsep yang tak jauh berbeda, satu dengan lainnya.
“Saya juga masih menelaah. Tapi saya rasa salah satu penyebabnya karena beberapa tempat punya konsep yang sama,” kata Sinarto, kepada awakmedia, Senin, 25 Januari 2020.
Sinarto sangat menyayangkan pemilihan konsep yang cenderung sama tersebut. Sebab, seharusnya setiap pihak pengelola tempat wisata menawarkan hal berbeda kepada pengunjung.
“Ini yang Suka atau tidak suka, kawan-kawan dari Kabupaten/Kota harus serius dalam memilih keberagaman. Jadi, konten wisata buatan itu mbok ya jangan sama, agar pengunjung bisa milih,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut Sinarto, mengingat saat ini akses menuju luar kota hingga provinsi juga cukup cepat. Sehingga, para wisatawan dapat memilih tempat wisata yang akan mereka kunjungi.
Sinarto mencontohkan, jika ada dua tempat wisata di Kota Malang dan Surabaya menggunakan konsep yang sama, pengunjung bakal memilih ke Malang, yang memiliki udara lebih dingin dari pada Surabaya.
“Sekarang, orang makan bakso saja memilih ke Malang. Kenapa? Karena udaranya segar, panorama juga bagus. Selain itu, mereka juga bisa jalan-jalan, tidak kepanasan juga,” ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut Sinarto, dirinya mengingatkan perihal permasalah tersebut ke setiap pihak yang akan membangun tempat wisata baru. Agar, kendala yang terjadi tidak terulang terus menerus.
“Kalau mau bikin destinasi baru buatan, lihat daerah tetangga. Jangan bikin produk yang sama. Nanti itu wisatawan pasti akan membandingkan. Salah satunya bisa kalah dengan persaingan,” tutupnya.