Tak Punya Banyak Duit tapi Janjikan Dukungan Akar Rumput
Meski susah turun dari mobil dan jalannya tertatih, namun senyum tetap terkembang di bibirnya. Ia terlihat kesusahan berjalan. Otot-otot kakinya seolah tak kuat menopang tubuhnya. Sesekali ia terlihat hampir terjatuh.
Didampingi oleh kerabat yang berada di sisi kanan dan kirinya yang siap membantunya berjalan, Kusbandono pria berusia 39 tahun ini masuk ke ruang lobi di Kantor DPD PDI Perjuangan.
Kusbandono kemarin, Rabu 18 September menjalani fit and proper test. Dia ikut mendaftar sebagai bakal calon calon kepala daerah Kabupaten Jember pada Pilkada 2020 mendatang. Kusbandono memang satu-satunya penyandang disabilitas yang mendaftar sebagai bakal calon kepala daerah yang diselenggarakan DPD PDI Perjuangan Jawa Timur.
"Assalamualaikum Mas," ujarnya secara terbata-bata kepada ngopibareng.id ketika ia datang.
Tak lama kemudian, acara pembuka fit and proper test dimulai. Beberapa orang dari DPD PDI Perjuangan Jatim dan bakal calon kepala daerah lainnya, menyalami Kusbandono sebelum masuk ke ruangan acara.
Dengan perlahan-lahan, ia masuk ke ruang acara. Panitia memberikan kursi barisan nomor dua dari depan kepada Kusbandono, agar ia tak terlalu jauh untuk berjalan.
"Terima kasih," ungkap Kusbandono singkat kepada Satgas PDI Perjuangan yang membantunya.
Beberapa saat setelah itu, acara fit and proper test akhirnya dimulai. Berbeda dengan peserta lainnya, Kusbandono tak sendirian. Ia didampingi oleh Gufron salah satu kerabatnya yang duduk persis di sampingnya. Sesekali Kusbandono melempar senyum, tapi entah ia tersenyum kepada siapa. Tatapan matanya mengarah ke titik kosong maupun tembok.
Gufron dengan sabar menjelaskan isi pertanyaan test kepada Kusbandono. Selain itu, ia juga langsung menuliskan jawaban di kertas, setelah Kusbandono menjawab pertanyaan tersebut.
Hampir satu jam berlalu, beberapa peserta sudah terlihat meninggalkan ruangan test untuk makan siang, merokok, maupun bertemu dengan pendukungnya yang menunggu di halaman DPD PDI Perjuangan.
Namun itu belum berlaku kepada Kusbandono. Panitia seperti tak memberi batasan waktu kepadanya. Karena hingga tersisa lima peserta saja, Kusbandono masih terlihat menjawab pertanyaan tes.
Tak lama kemudian, Kusbandono terlihat sudah menyelesaikan soal yang harus dijawab. Setelah itu ia langsung menuju ruang peserta untuk makan siang dan beristirahat.
"Saya mau pimpin Jember. Mau jadi Bupati. Jember banyak masalah, khususnya di wilayah kami ini orang disabilitas. Masih belum diperhatikan dengan baik," katanya di sela-sela istirahatnya.
Saat ia berbincang, beberapa orang melihatnya dengan pandangan 'aneh'. Meski begitu, ia sama sekali tak memperhatikannya. Malah, ia menegur agar tak menghiraukan orang tersebut.
"Mas, nggak apa-apa. Sudah biasa dilihat kurang begitu," jelasnya.
Ia melanjutkan jawabannya perihal pilihan jatuh ke PDI Perjuangan. Menurutnya, ia ingin tahu, apakah PDI Perjuangan itu benar-benar partainya orang cilik. Jika benar, maka PDI Perjuangan akan berpihak kepada orang cilik seperti dia.
"Partai ini kan katanya partai wong cilik. Saya ini juga bagian wong cilik kan. Sudah wong cilik, disabilitas lagi. Bagaimana PDI Perjuangan melihat saya ini. Kalau mereka berani beri rekom, saya acungi jempol dan saya berani bilang ke semuanya kalau PDI Perjuangan partai yang memang bagus dan sesuai," katanya dengan berapi-api.
Setelah itu, Kusbandono tak sungkan berbincang segal hal seperti sedang ngobrol dengan sahabat yang sudah lama tak berjumpa. Ia menceritakan bahwa sejak zaman ia kuliah, ia sudah bermimpi untuk bisa duduk di kursi pimpinan Jember. Agar, ia bisa memperbaiki sistem yang kurang baik, khususnya kepada wong cilik dan disabilitas.
"Saya itu kuliah di Unej (Universitas Jember). Fakultas FISIP. Aktivis juga. Jadi memang ada darah perjuangan di diri saya. Saya ini aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) di Jember," katanya.
Bukan hanya itu, selama ia kuliah, dengan segala kekurangganya, ia bahkan masuk dan bergabung dengan pers mahasiswa Unej. Itu alasannya dia senang berbincang dengan sesama jurnalis. Ia seperti menemukan teman.
Bahkan, ia mengaku, kini ia juga berprofesi sebagai seorang wartawan media online bernama cendananews.com. Jejak tulisan terakhirnya di portal tersebut berjudul 'Jember Menolak Rencana Revisi UU KPK' tertanggal 16 September 2019. Hanya dua hari sebelum ia datang ke DPD PDI Perjuangan untuk mengikuti fit and proper test.
Meski begitu, ia paham jika melihat kondisinya sekarang, akan banyak orang yang mendeskreditkannya. Terlebih untuk maju sebagia orang nomor satu di Jember. Namun ia tak mempermasalahkan itu. Ia mengaku, banyak teman-teman politisi yang secara moril mendukungnya untuk maju. Bahkan, ia menjamin akan mendapat suara yang tak sedikit di Jember.
Tapi ada satu hal yang mungkin ia tak bisa berikan kepada PDI Perjuangan. Yakni masalah dana. Ia secara tegas mengatakan bahwa tak memiliki dana yang melimpah untuk pembiayaan kampanye menjadi Bupati Jember. Namun, ia menjanjikan relawan dan akar rumput yang melimpah guna membantunya memenangkan pertarungan Bupati.
"Kalau diolok-olok sudah biasa. Karena memang kondisi saya seperti ini bagaimana lagi. Saya juga tidak memiliki dana yang melimpah. Tapi saya bisa beri relawan dan grass root saya untuk kontestasi ini," katanya tegas.
Namun ada satu yang mungkin masih mengganjal di hatinya. Ia mengaku belum meminta restu kepada keluarganya untuk maju calon bupati dari PDI Perjuangan. Menurutnya, ia akan meminta restu ke sang ibu, jika rekom sudah turun ke dirinya. Sehingga sang ibu bisa mendoakan agar ia memenangi pertarungan.
"Saya belum bilang mas. Nanti saja dulu, kalau rekom sudah turun, baru saya minta restu. Kalau sekarang, terus nggak lolos ya kan nggak enak," ujarnya.
Kini, ia berharap banyak kepada PDI Perjuangan, untuk bisa memberinya rekomendasi agar bisa maju dalam kontestasi Pilkada Jember pada 2020 mendatang.
"Semoga PDIP mau melek dan melihat ada wong cilik yang ikut. Kalau benar partainya wong cilik, ya insya allah saya direkom," pungkasnya.