Dirut KAI Ungkap Kerja Sama BNPT Cegah Radikalisme
Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo menyatakan, pihaknya selama ini telah melakukan pencegahan terkait dengan radikalisme. Salah satu langkah kongkret yang dilakukan adalah kerja sama KAI dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Secara internal KAI sudah kerja sama dengan BNPT sejak tahun 2018,” jelasnya di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa, 15 Agustus 2023.
Kerja sama dengan BNPT bahkan diperbaharui pada 2021. Pembaruan kerja sama dilakukan di Stasiun Bandung. Saat itu, penandatanganan dilakukan Didiek Hartantyo selaku Direktur Utama PT KAI dan Kepala BNPT saat itu, Komjen Pol Boy Rafli Amar.
“Saya menandatangani dengan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli dalam rangka untuk pencegahan itu,” katanya.
KAI secara rutin dan berkelanjutan melakukan sosialisasi dalam rangka pencegahan radikalisme. Sosialisasi dilakukan KAI ke seluruh Daop yang ada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera untuk mencegah adanya faham-faham radikal seperti ini.
“Kita sudah menyadari, kita sudah berupaya maksimal, namun kemarin ada salah satu pegawai kami Juru Langsir di Stasiun Jakarta Kota. Jadi kita menyerahkan prosesnya dan kami siap koordinasi,” tegasnya.
Menyusul peristiwa penangkapan oknum karyawan KAI oleh Densus 88 ini, pihaknya langsung memerintahkan pimpinan unit untuk mengenali dan mengetahui bawahan langsungnya. Khusus untuk Kepala Daop I diperintahkan untuk melakukan penelitian pada lingkungan kerja dan circle-nya.
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Utama PT KAI, Said Agil Siroj menyatakan, radikalisme dan terorisme ada di mana-mana dan sampai saat ini masih ada. Radikalisme ini menurutnya, masih merupakan ancaman kita semua. Dia menyebut, hal ini merupakan hal yang asing bagi karakter bangsa Indonesia.
“Oleh karena itu terorisme merupakan musuh agama, musuh kemanusiaan dan mari kita jadikan musuh kita bersama,” tegasnya.
Said Agil Siroj menegaskan, radikalisme itu ada yang terpengaruh atau terprovokasi yang sifatnya spontanitas. Khusus untuk yang seperti ini, menurutnya masih bisa dipelihara dalam artian dilakukan deradikalisme. Menurutnya, ada radikalisme yang bersifat sudah menjadi ideologi. Jika sudah menjadi ideologi, itu tidak bisa lagi diajak kembali ke jalan yang benar.
“Mereka sudah yakin berada di jalan yang benar mati pun itu yang dicari,” terang mantan Ketua Umum PBNU ini.
Upaya pencegahan yang dilakukan Negara sebenarnya sudah cukup maksimal. Ada dua institusi yang khusus menangani persoalan ini yakni BNPT dan Densus 88. Khusus untuk internal KAI, upaya pencegahan akan dilakukan dengan memperkuat komunikasi dan kerja sama dengan BNPT.
“MoU dengan BNPT harus ditindaklanjuti menjadi program-program kerja,” pungkasnya.