Dirjen WHO: Tidak Mustahil Sumber Corona dari Laboratorium China
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan menuntut Cina membuka data dan informasi tentang sumber virus corona. Pemerintah China didesak untuk lebih kooperatif selama investigasi terkait asal-usul wabah corona. Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, meminta Beijing lebih transparan dan membuka akses data.
Dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss kemarin Tedros mengaku pihaknya tidak menutup kemungkinan adanya kebocoran laboratorium yang memicu wabah corona di Wuhan pada Januari 2019. Menurutnya, bantahan terkait tuduhan tersebut bersifat "prematur.”
Pernyataan Tedros bergeser dari kebijakan WHO yang selama ini cenderung menghindari konfrontasi dengan Beijing. Dia mengimbau agar Cina bersikap lebih kooperatif dalam penyelidikan. "Kami berharap akan ada kerjasama yang lebih baik untuk mengungkap apa yang terjadi,” kata dia.
Sejak beberapa bulan terakhir, WHO menghadapi tekanan berganda untuk mengupayakan investigasi yang lebih dalam terhadap asal usul wabah corona. Pada Januari lalu tim ahli internasional menyambangi Wuhan untuk mengumpulkan data.
Namun menurut Tedros, tantangan terbesar dalam fase pertama investigasi adalah "akses terhadap data mentah. Data mentahnya tidak dibagikan,” kata dia.
"Sekarang kami sudah mendesain studi fase kedua dan kami meminta China untuk bersikap lebih transparan, terbuka dan kooperatif, terutama menyangkut data mentah seperti yang kami minta di masa awal pandemi.”
Laporan pertama hasil investigasi WHO dan China pada Maret silam hanya mendaftar berbagai hipotesa terkait asal usul corona berdasarkan urutan probabilitasnya. Adapun teori tentang kebocoran laboratorium dianggap "sangat mustahil.”
Penyelidikan WHO dikritik karena dianggap tidak transparan, dan tidak mengupas teori kebocoran laboratorium dengan lebih serius. Dalam laporan itu, WHO hanya menggunakan 440 kata untuk menuliskan bantahan.
"Ada dorongan prematur” untuk mengesampingkan teori tersebut, kata Tedros. “Gagasan bahwa virus corona muncul dari kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan kini menjadi agenda politik dunia, yang juga didorong oleh Amerika Serikat.
Tedros, seorang pakar Immunologi, mengatakan dirinya pernah bekerja sebagai teknisi laboratorium, "dan kecelakaan biasa terjadi.” "Adalah hal lumrah. Saya pernah mengalaminya sendiri,” kata dia. "Kita butuh informasi langsung tentang situasi di laboratorium ini sebelum dan pada saat pandemi muncul,” kata Tedros Ghebreyesus seperti dikutip DW.Com hari ini dari AFP.
Dia mengeluhkan betapa tim internasional tidak diizinkan mengakses data mentah di Wuhan untuk membantu penelitian. Menurutnya keterbukaan penting, terutama mengingat banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. "Saya kira kita berutang kepada para korban untuk mengungkap apa yang terjadi,” tukasnya. "Kita harus tahu apa yang terjadi untuk bisa mencegah pandemi selanjutnya.”