Dirikan Pesantren Programer Qoryatus Salam, Yenni: Wasiat Gus Dur
Pesantren Programer Qoryatus Salam di Kompleks Peace Village atau Asrama Pesantren Qoryatus Salam, Sleman, Yogyakarta, berdiri Selasa, 22 Februari 2022. Pendirinya, Zanuba Arifah Chafsoh-Rahman, putri KH Abdurrahman Wahid (almaghfurlah).
Pondok pesantren ini dikhususkan bagi kalangan santri perempuan yang selama tiga bulan ke depan bakal dididik tiga hal: mengaji, penguasaan teknologi informasi atau IT dalam bentuk bahasa pemrograman komputer, dan socio-entrepreneur.
“Pesantren ini berawal saat almarhum Bapak (Gus Dur) mendatangi saya lewat mimpi setahun silam, intinya beliau saat itu memerintahkan saya membuat pondok pesantren meskipun kecil,” kata Yenny.
Santri Kembangkan Teknologi
Setelah mempertimbangkan bentuk pondok pesantren yang cocok, Yenny pun berniat memfasilitasi santriwati dalam bidang teknologi. Materi pemrograman yang diberikan antara lain pemrograman berupa Python, Algoritma, Django, Database, dan AWS.
“Kami menggandeng mentor-mentor yang menguasai pemrograman itu sebagai kerjasama,” kata dia sambil menambahkan menjajaki pula kerjasama dengan platform Facebook.
Pemilihan pondok pesantren pemrograman ini dikhususkan bagi kalangan perempuan, kata Yenny, untuk mengatasi ketimpangan teknologi di kalangan perempuan. Adapun basis IT dipilih karena abad 21 ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat sehingga seluruh aktivitas manusia di dunia begitu bergantung dengan teknologi.
“Pondok pesantren pemrograman komputer yang dikhususkan bagi santri perempuan atau santriwati ini bisa disebut sebagai yang pertama di Indonesia bahkan dunia,” kata dia.
Sebanyak 11 santriwati telah terseleksi dari ratusan pelamar dari berbagai daerah di Indonesia sebagai angkatan pertama. Mereka yang berasal dari latar belakang pendidikan mulai dari SMA hingga kuliah itu disebutnya akan mondok selama tiga bulan.
Santri Berjiwa Moderat dan Tolerans
Yenny mengatakan, para santri juga akan dididik menjadi sosok yang moderat dan berjiwa toleran serta menjunjung kebhinnekaan sebagai ciri Indonesia. “Tujuan kami para santriwati ini ke depan tak hanya melek teknologi, tapi juga mampu membendung narasi-narasi kebencian yang banyak disebar di dunia maya,” kata Yenny.
Untuk materi–materi agama dan pengajian, Yenny menuturkan, pesantrennya mengadopsi referensi keagamaan yang moderat. Seperti kitab risalah ahlussunnah wal jamaah karya Hadaratus Syeikh KH Hasyim Asyari, Kitab Adabul ‘Alimwal Muta’alim tentang etika, Fathul qorib tentang fiqh (tata laksana dan hukum dalam Islam).
Gunawan Susanto, Country General Manager AWS Indonesia, yang hadir secara virtual menyatakan melihat peluang kolaborasi bersama Pesantren Programer Qoryatus Salam, FDS dan AWS Indonesia akan memperkuat iklim digital di Indonesia.
“Pesantren ini akan menjadi model sarana pemberdayaan perempuan melalui pemberian kesempatan belajar dalam bidang teknologi, dan juga menjadi contoh pengelolaan pesantren dilakukan secara modern, melalui digitalisasi,” kata dia.
Advertisement