Diprotes! Produser: Film Dua Garis Biru Edukasi Bahaya Seks Bebas
Film Dua Garis Biru belum tayang di bioskop. Namun, film yang dibintangi Zara JKT48 dan Angga Aldi Yunanda telah merilis teaser trailer sebagai materi promosi. Beberapa cuplikan adegan tersebut rupanya membuat gerah Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia (Garagaraguru). Mereka pun membuat petisi di Change.org.
Menurut penilaian Garagaraguru ini, ada beberapa scene di trailer yang menunjukkan situasi pacaran remaja yang melampaui batas.
"Beberapa scene di trailer menunjukkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih ketika menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka. Scene tersebut tentu tidak layak dipertontonkan pada generasi muda, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton," isi di dalam petisi.
Chand Parwez selaku produser menghormati petisi yang ditujukan untuk filmnya. Ia pun berniat mengajak pihak terkait untuk melakukan dialog. Sebab, film Dua Garis Biru diniatkan untuk mengedukasi generasi muda perihal bahaya seks diluar nikah.
"Sebaiknya memberikan komentar setelah melihat materi filmnya, tapi saya menghormati perbedaan pendapat, ya silahkan saja berpendapat, tapi kan ada prosedurnya juga. Dan kita juga akan jadikan pertimbangkan untuk ajak mereka berdialog," ujarnya.
Menurut Chand Parwez, ketakutan yang termuat dalam petisi untuk film yang naskahnya ditulis dan disutradarai oleh Gina S Noer tersebut, masih terlalu dini disimpulkan. "Film Indonesia sedang tumbuh sehat dan baik, saya menghindari hal-hal yang jadi pencitraan buruk untuk film saya. Tentang tema film saya dijadikan kekhawatiran semacam itu menurut saya disimpulkan terlalu dini," sambung Chand Parwez.
Mendapat kontra dari masyarakat bukan pertama kali dialami Chand Parwez bersama rumah produksinya, Starvision. Film VIRGIN sempat menjadi polemik bahkan dilarang tayang karena mengekspos gaya hidup negatif seperti seks bebas, alkohol, tato serta makian kasar menggunakan bahasa Inggris pada 2004 silam. Padahal film itu untuk mengedukasi para remaja untuk mempertahankan diri dari prostitusi.
Berlanjut pada tahun 2009 saat film Perempuan Berkalung Sorban besutan Hanung Bramantyo dirilis. Meski mendapat banyak penonton, film ini dianggap menyesatkan dan fitnah terhadap agama Islam. (yas)