Dipotong 14 Detik, Video Karnaval Probolinggo Jadi Janggal
Gara-gara video karnaval Hari Kemerdekaan di Kota Probolinggo, 18 Agustus lalu dipotong hingga menyisakan durasi 14 detik terakhir menimbulkan kontrovesi di media sosial (medsos).
Memang masih ada penampilan (kostum) yang memicu salah penafsiran di detik-detik terakhir yakni, anak-anak perempuan berhijab, sebagian bercadar yang menenteng replika senjata api jenis AK 47.
Fakta tersebut terungkap saat Mendikbud Muhadjir Effendy berkunjung ke Mapolresta Probolinggo, Minggu, 19 Agustus 2018. Didampingi Dandim 0820, Letkol (Kav) Depri Rio Saransi dan disaksikan puluhan guru, Kapolresta AKBP Alfian Nurrizal memutar utuh tayangan video berdurasi 1 menit 43 detik itu.
Dalam tayangan di layar LCD tampak, pawai karnaval anak-anak TK Kartika V-69 diawali dengan iring-iringan membawa banner 'TK Kartika V-69', di belakangnya dikawal sejumlah anak laki-laki bersorban membawa Bendera Merah Putih.
Di belakangnya tampak sejumlah guru dan wali murid mendorong miniatur Ka'bah. Disusul dua anak yang memeragakan Raja Salman (Arab Saudi) bersanding dengan permaisuri di singgasana di atas becak.
Tampak pasukan berunta dan berkuda (dari kayu) yang mengawal Raja Salman. Di bagian paling belakang ada pasukan perempuan pengawal Raja Salman. Mereka ini berhijab, sebagian bercadar sambil menenteng replika senjata api AK 47.
"Jadi pasukan berhijab bersenjata itu merupakan pasukan pengawal Raja Salman, bukan untuk menggambarkan radikalisme atau terorisme," ujar Kapolresta.
Dikatakan pihak sekolah sengaja mencari sosok para perempuan pengawal Raja Salman itu melalui internet (google).
Kesimpulannya, kata Dandim Letkol Depri, karnaval TK Kartika V-69 tidak ada stigma negatif, tanpa unsur radikalisme. "Itu kalau kita saksikan tayangan video secara utuh," ujarnya.
Sementara itu Ketua MUI Kota Probolinggo, KH Nizar Irsyad mengatakan, sebaiknya kasus itu diambil hikmahnya di antaranya agar Mendikbud menambahkan pelajaran tarikh Islam (Sejarah Islam).
"Memang masih memunculkan pertanyaan, kok masih ada senjata AK 47. Hikmahnya saya datang ke Probolinggo, sebenarnya saya mau ke pesantren di Jombang, saya alihkan ke Probolinggo," ujar Mendikbud.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengaku, mendapat masukan panjang lebar terkait karnaval yang menghebohkan hingga tingkat nasional itu.
"Mungkin muncul keresahan karena video dipotong, serem karena ada yang berhijab dan bercadar menenteng senjata AK 47. Memang di zaman Rasulullah gak ada AK 47, itu senjata zaman now," ujar Muhadjir.
Sambil tertawa Mendikbud mengungkap rasa syukur. "Syukur Alhamdulillah ini menimpa TK-nya Kodim. Seandainya TK swasta di bawah yayasan lembaga keislaman, apa tidak tambah ramai," ujarnya.
Ia yakin, tidak mungkin, TK di bawah Kodim terpapar radikalisme. Memang wajar kalau kemudian masyarakat Probolinggo menjadi over sensitif. Apalagi sebelumnya, Polresta dan Polresta Probolinggo sempat membantu Densus 88 Anti Teror menangkap 15 terduga teroris yang notabene warga Probolinggo. (isa)