Diplomasi Ketawa; Kiat Minta Sumbangan
ALMARHUM Presiden Abdurrahman Wahid menjadi amat populer di Saudi Arabaia karena dialah orang pertama yang berhasil memaksa Raja Fahd memperlihatkan giginya. Sang Raja yang biasa bergaya angker itu tak mampu menahan tawa mendengar banyolan Gus Dur tentang makna mamnou ad dukhuul bagi jamaah haji dari pesantren. Keahlian membuat orang tertawa langsung mapan sebagai merek Presiden Gus Dur. Belakangan, pada pertemuan bilateral dengan Pangeran Mahkota Abdullah –kini raja—disela-sela kegiatan OKI di Doha, Qatar, merek itu menunjukkan tuahnya.
Ketika hendak duduk setelah semua anggota delegasi kedua pihak saling bersalaman, Abdullah sudah buru-buru mengingatkan,
“Siap-siap, ya…”, katanya, “kita akan banyak ketawa ini!”
Semua orang serta-merta mencicil ketawa.
Presiden Abdurrahman Wahid menceritakan musibah yang waktu itu sedang terjadi di Tanah Air, yaitu bentrokan antar suku Melayu-Madura di Sampit, Kalimantan Tengah.
“Banyak orang Madura migran di Sampit lalu mengungsi ke daerah asal mereka di Jawa Timur”, kisah Gus Dur. Abdullah menyimak dengan prihatin. Dan cerita pun berlanjut dalam suasana cenderung mencekam.
Seorang perempuan terpisah dari suaminya dan terpaksa mengungsi sendiri. Setelah beberapa hari di pengungsian, perempuan itu menyempatkan diri datang ke warung telepon (wartel, istilah arabnya: kabinah) untuk menelepon seorang sanak yang masih di Kalimantan, mencari kabar tentang nasib suaminya. Apa lacur, justru kabar pilu yang ia terima: sang suami telah tewas, menjadi korban bentrokan ganas. Perempuan itu kontan menangis sejadi-jadinya, sehingga nyaris lupa diri.
Belakangan, ia terkejut setengah mati ketika kasir kabinah menagih bayaran.
“Kenapa semahal itu?!” protesnya.
“Iya, Bu…. Ibu tadi bicara sampai sembilan belas menit…”
“Tidak bisa!” si ibu tak terima, “saya cuma bicara dua menit!”
“Sembilan belas menit, Bu…”
“Dua menit!”
Kasir pun memperlihatkan print out catatan komputernya.
“Lihat, Bu…”, ia menunjuk sobekan kertas itu, “sembilan belas menit!”
Si ibu tetap tak mau menyerah,
“Tapi saya benar-benar bicara cuma dua menit!” ia ngotot, “selebihnya itu saya nangis…”
Di akhir pertemuan bilateral, setelah deraian tawa berkepanjangan, Pangeran Mahkota Abdullah menjanjikan beberapa puluh juta dollar Amerika bantuan Pemerintah Saudi untuk para korban Sampit.
(Dikutip dari Terong Gosong Yahya Cholil Staquf)