Diplomasi Budaya Milenial, Ini Catatan Dubes RI di Saudi
"Alhamdulilah, Indonesia sukses luar biasa sebagai Negara Tamu Kehormatan di Festival Budaya Janadriyah ke-33 yang berlangsung 21 hari sejak 20 Desember 2018 sd 9 Januari 2019."
Demikian catatan Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, diterima ngopibareng.id, Selasa 22 Januari 2019.
Festival Budaya Janadriyah kali ini menampilkan pelbagai kesenian di Indonesia sebagai perwujudan perkembangan kebudayaan Indonesia bernafaskan Islam.
Menurut Dubes, Indonesia melibatkan 600 seniman dari berbagai provinsi dan menampilkan 240 kali pagelaran selama 21 hari di Paviliun Indonesia seluas 2500 meter dengan panggung raksasa nan megah berukuran 20 X 12 meter di kawasan Janadriyah seluas 160 hektar.
"Saya selalu ingat pesan para Kiai saya: bekerjalah untuk NKRI, layanilah para WNI yang hatinya sedang berduka, gundah gulana dan menderita, karena engkau akan temukan Allah SWT di diri mereka yang terluka hatinya."
"Dialog peradaban Nusantara dan Timur Tengah menjadi sebuah kenyataan yang begitu gamblang di event budaya terbesar di Timur Tengah, bahkan terbesar di Dunia. Indonesia tampil sangat gagah dan mempesona sebagai sebuah negara yang sudah lulus dalam mengelola keberagaman sebagai equity utama untuk sebuah persatuan," tuturnya.
Sejak bertugas sebagai pelayan WNI di Saudi, ia mengaku ada dua “keajaiban diplomatik”.
Pertama, mega kunjungan Raja Salman ke negara keduanya Indonesia di bulan Maret 2017. Saya sebut ajaib karena kunjungan ini “nyaris mustahil” karena hampir setengah abad Raja Arab Saudi belum pernah berkunjung ke negeri “potongan sorga yg turun ke bumi” sejak 1970.
Kedua, terpilihnya Indonesia sebagai “Dhaef al-Syarof” Tamu Kehormatan di Festival Janadriyah ke 33. Ini juga “nyaris mustahil” karena Indonesia tidak pernah ada dalam list antrian dan juga belum pernah mendaftar. Barokah dan peran putra tertua Raja Salman, Pangeran Sultan bin Salman sangat penting karena beliaulah yang mengkomunikasikan ke Raja dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman sehingga “menghapus kemustahilan” tersebut.
Torehan Allah dengan “Kun Fayakun”Nya telah memuluskan semuanya, membawa Indonesia pada masa keemasan hubungan Saudi-Indonesia (SAUNESIA) pada tingkat tertinggi. Kekuatan Allah lah yang melibas semua duri dan rintangan untuk melanggengkan persahabatan tulus yang pernah dirintis oleh Syeikh Nawawi al-Bantani, Sayyidu Ulama al-Hijaz jauh sebelum Republik Indonesia dan Arab Saudi berdiri.
"54 hari lagi, 14 Maret 2019 tepat saya 3 tahun bertugas di Kerajaan Arab Saudi ini. Angka '3 tahun' adalah saat-saat penarikan seorang Dubes untuk kembali ke Indonesia," tulisnya.
Pada sisa waktu penugasan ini, Agus Maftuh Abegebriel mengaku, masih memiliki dua ekspektasi utama.
Pertama, menghadirkan Putra Mahkota, Sayyidu Syabab, Mohammed bin Salam ke negara keduanya, Indonesia untuk bersama-sama melakukan penguatan Islam Wasatiy (Moderat) yang selalu bisa berdampingan mesra dengan semua budaya dan peradaban semua bangsa di dunia.
Kedua, membawa pulang WNI terpidana mati (Qisas) Etty bin Tayib Anwar asal Majalengka yang harus membayar diyat (tebusan) 5 juta Riyal (sekitar 20 Milyar Rupiah) sebelum bulan Ramadhan tahun ini.
Agus Maftuh mengatakan, "Saya yakin 'Kun Fayakun' dari Allah akan memudahkan dan merealisasikan kedua keinginan kuat tersebut sebelum saya mengakhiri tugas sebagai pelayan WNI di Saudi dan kembali bercanda ria dengan kawan-kawan yg lama tak bersua.
"Saya selalu ingat pesan para Kiai saya: bekerjalah untuk NKRI, layanilah para WNI yang hatinya sedang berduka, gundah gulana dan menderita, karena engkau akan temukan Allah SWT di diri mereka yang terluka hatinya."
Demikian pernyataan Agus Maftuh Abegebriel, Dubes RI di Arab Saudi. (adi)
Advertisement