Diplomasi ala Gus Yahya dibahas di London, Ini Kajian Kritisnya
"Proses perdamaian dalam konflik Israel-Palestina, selama ini tidak berdampak signifikan. Maka, harus ada langkah baru dan cara yang lebih nyata," ungkap Didiek S Wiyono, aktivis PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU-UK).
Kunjungan KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) ke Jerusalem (Israel) menjadi bahasan menarik di Universitas Southampton, London. Dari kontroversi pandangan tentangnya, sejumlah ilmuwan memberikan pandangan yang cukup mengejutkan, kritis dan objektif.
Dalam forum tersebut disimpulkan, diplomasi ala santri yang dilakukan Gus Yahya, panggilan akrab Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibiin Rembang ini, harus dipahami dengan pemikiran jernih dan visi jangka panjang. Mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina tidak hanya dengan satu pendekatan, tapi harus banyak cara.
"Proses perdamaian dalam konflik Israel-Palestina, selama ini tidak berdampak signifikan. Maka, harus ada langkah baru dan cara yang lebih nyata," ungkap Didiek S Wiyono, aktivis Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU-UK) dalam keterangannya diterima ngopibareng.id, Selasa (19/6/2018).
"Selama ini, harus diakui proses perdamaian antara Israel dan Palestina, belum komprehensif. Tawaran-tawaran perdamaian saling berkelindan kepentingan. Indonesia, dan terutama Nahdlatul Ulama, punya peran besar dalam hal ini," ungkap Didiek S Wiyono, tentang diskusi di Universitas Southampton, London, Inggris, digelar pada Senin (18/06/2018).
Didiek menyampaikan betapa kita tidak bisa menggeneralisir kebencian terhadap pemeluk Yahudi. "Harus dibedakan antara Yahudi dan Israel. Kita tidak bisa membenci semua orang Yahudi, ada banyak dari mereka yang juga menjalin komunikasi yang hangat dengan muslim, membela Palestina. Ini penting dipahami," jelas Didiek.
Selain itu, yang menjadi penting, pendekatan terhadap perdamaian atas konflik harus dengan pelbagai strategi. "Pendekatan terhadap konflik tidak bisa dengan satu cara. Juga, tidak bisa berpihak pada salah satu aktor yang berkonflik, seraya mengecam pihak lain. Maka, harus berada di tengah, ini pentingnya strategi diplomasi perdamaian," ungkapnya.
"Kita tidak boleh berprasangka buruk, atau mengecam yang berlebihan. Mengkritik boleh saja, tapi harus konsekuen dengan kritik. Gus Yahya sudah melangkah jauh untuk berdialog dengan elite dan pimpinan politik serta pemuka agama, ini langkah nyata untuk proses perdamaian," jelas Didiek.
Selanjutnya, Didiek menyatakan bahwa proses perdamaian yang diinisasi Gus Yahya, masih dalam proses panjang. Maka, tidak seharusnya dihakimi dan dicaci maki.
"Kita seharusnya mendukung strategi diplomasi perdamaian ini. Semoga pihak Palestina juga akan tersambung dengan ajakan Gus Yahya, yang mempromosikan Rahmah sebagai pendekatan perdamaian. Bagaimanapun juga, kemerdekaan dan kedaulatan Palestina menjadi tujuan bersama, pendekatan diplomasi dengan nilai Rahmah, akan memberi peluang perdamaian yang nyata," ungkap Didiek, mewakili PCINU United Kingdom.
PCINU UK selama ini fokus pada penguatan komunitas, kampanye Islam ramah di Eropa dan pengembangan jejaring kader-kader NU dengan lembaga-lembaga internasional. (adi)
Advertisement