Dinkes Surabaya Ogah Disalahkan atas Kacaunya Data Pasien Covid
Kacaunya data warga Kedungturi yang awalnya dianggap negatif Covid-19 tapi kemudian direvisi menjadi positif, Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut jika kejadian tersebut bukan karena kesalahan instansinya, tapi memang ada revisi hasil pemeriksaan laboratorium.
Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Covid-19 Kota Surabaya, drg. Febria Rachmanita menjelaskan, awalnya pemeriksaan sebanyak 15 warga tersebut menunjukkan hasil reaktif pada saat rapid test. Karena hasil rapid test yang reaktif, pemeriksaan pun kemudian dilanjutkan test swab. Setelah dilakukan test swab, laboratorium penguji menerangkan mereka negatif. Namun ternyata, selang beberapa hari kemudian menjadi positif. Alias diralat.
"Iya apa namanya, hasil yang ini diperbaiki. Direvisi. Diralat," kata Feni sapaan akrab Febria Rachmanita yang juga Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Sabtu 6 Juni 2020.
Kenapa sampai terjadi ralat Feni sama sekali tidak menjelaskan alasan pasti mengapa data tersebut ada perubahan. Dia juga enggan menyebutkan laboratorium mana yang meralat hasil ujinya tersebut. Ia hanya menekankan, proses pemeriksaan sudah sesuai prosedur. Termasuk proses pemulangan warga.
Hal tersebut menjadi alasan mengapa para warga RW 08 Kedung Turi, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari Surabaya sudah diperbolehkan pulang dari karantina.
"Semua pemulangan pasien pasti ada protapnya. Kami memang kemarin negatif, berubah," katanya.
Sebelumnya diberitakan Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana menjadi Orang Dalam Pemantauan atau ODP. Status menjadi ODP didapatkan Whisnu setelah ia melakukan kunjungan kerja ke wilayah Kedungturi Surabaya. Kedatangan Whisnu ke Kedungturi untuk memberikan semangat sekaligus mencari masukan apa yang terjadi saat warga menjalani karantina.
Whisnu menjadi percaya diri untuk datang ke Kedungturi karena 15 warga itu sudah dipulangkan dari karantina karena dinyatakan negatif virus Covid-19. Namun beberapa hari kemudian, puskesmas setempat meralat hasil test Covid-19 warga tersebut. Puskesmas setempat mengabarkan, dari 15 orang yang sudah dipulangkan tersebut, ternyata lima di antaranya masih positif Covid-19.
Atas kejadian tersebut, Whisnu akhirnya harus menjalani isolasi mandiri. Kata dia, sudah menjadi resiko pemimpin ketika turun menguatkan warga di perkampungan yang terkena Covid-19.