Dinas DP3AK Jatim Ajak Swasta Peduli Kesejahteraan Anak
Angka kasus pelecehan terhada anak-anak di Jawa Timur masih cukup tinggi, tercatat ada 1.870 lebih atau sebesar 40 persen kasus pelecehan anak. Dalam upayanya, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur menggandeng seluruh pihak dalam peningkatan lingkungan yang ramah anak. Salah satunya merealisasi pendirian Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI).
Kepala DP3AK Jatim Andriyanto menyampaikan, lingkungan yang ramah anak ini akan berdampak dalam peningkatan ekonomi di Jawa Timur. Karena banyak turis atau pekerja luar yang datang dengan pertimbangan keamanan dan kenyamanan terhadap anak-anak.
“Ini yang kami inginkan di Jatim, adanya akselerasi atau percepatan. Kami tidak mau lagi hanya sekedar bicara saja, tetapi harus diimplemetasikan. Bangunan gagasan ini sebenarnya sudah lama terbentuk, tinggal bagaimana mengamplikasikannya saja. Sektor swasta harus bisa menjadi mitra strategis pemerintah,” kata Andriyanto dalam webinar APSAI (Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia) dan Peran Penting Kesejahteraan Anak Secara Integrasi, Minggu 20 Desember 2020.
Selain itu, menurut Andriyanto, kerja sama dengan pihak swasta dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan terhadap anak-anak.
“Pemanfaatan kartu identitas anak bisa sebagai hak sipil untuk pergi kemana saja, seperti tempat wisata, pendidikan bisa dapat diskon. Jadi peningkatan kesejahteraan bisa dilakukan dan ini membutuhkan kerja kita bersama,” ungkapnya.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jatim, Adi Dwi Putranto. Menurutnya, iklim yang ramah terhadap anak maupun perempuan sangat mempengaruhi ekonomi di Jatim.
“Kalau satu hotel dan tempat wisata ramah anak, pasti mendatangkan tamu yang banyak karena merasa aman dan nyaman. Tentu ini akan meningkatkan ekonomi kita,” terang dia.
Selain itu, pengusaha di bidang agrobisnis itu menyampaikan, selama lima tahun ke depan ini KADIN Jatim tengah fokus meningkatkan kualitas SDM muda yang ada untuk memiliki keahlian yang baik di dunia industri. Apalagi saat ini semakin pesatnya teknologi membuat semua SDM harus meningkatkan kualitasnya.
Sementara itu, apa yang diungkapkan Kadis P3AK Jatim mendapat respon positif dari Ketua APSAI Pusat Luhur Budijarso. Menurutnya, meskipun saat ini APSAI telah memiliki 1.200 anggota dan tersebar di 40 kota/kabupaten di seluruh Indonesia, namun ini masih belum cukup menjadi penopang.
“Ini masih langkah kecil, karena ke depan akan masih banyak tantangan. Tantangannya ada empat, yaitu terkait paradigma perusahaan, perluasan isu, lalu keterjangkauan dan yang terakhir adalah keterbukaan,” kata Luhur Budijarso.
Meski demikian, Luhur mengaku belum memiliki data berdasarkan survei khusus. Namun dia memperkirakan jumlah perusahaan di Indonesia yang sadar, menghormati serta memenuhi hak-hak anak dalam rantai kegiatan usahanya, jumlahnya tidak lebih dari 5 persen.
Seperti tantangan paradigma misalnya, masih banyak perusahaan yang menurutnya belum memiliki paradigma bahwa usaha mereka sebenarnya bisa dikaitkan dengan kepentingan anak. Begitu pula dengan tantangan perluasan isu, masih banyak perusahaan yang belum mampu mengimplementasikan apa kebijakan, produk dan program mereka bagi kepentingan anak.
“Saat ini saja ada lebih dari 120 juta tenaga kerja yang semuanya memberi pengasuhan kepada anak-anaknya. Bagaimana isu sederhana ini mampu ditangkap oleh perusahaan, sehingga mereka mengeluarkan kebijakan, produk hingga program yang pro anak dan memberi pengaruh positif kepada lini usahanya,” jelas Luhur.
Dia pun mencontohkan, sebuah perusahaan bus yang awalnya enggan bergabung dengan APSAI namun kemudian mereka berterima kasih karena akhirnya mampu menerapkan pada produksi bus yang diklaim ramah anak. Perusahaan tersebut akhirnya memperoleh pesanan untuk memenuhi moda angkutan umum yang ramah anak.