Dinamika Kaum Muda Muhammadiyah, Aktivis Malaysia Ini Tertarik
Sebanyak enam aktivis Lestari Hikmah, sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas) di Malaysia, mengunjungi Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka mengaku sangat tertarik dengan dinamika dan perkembangan ormas Muhammadiyah di Indonesia.
Ketua rombongan Lestari Hikmah, Rashidi mengatakan, di Malaysia Muhammadiyah sudah sangat dikenal. Bahkan, sudah ada sekolah Muhammadiyah di sana sejak tahun 1950an yang diinisiasi sejumlah tokoh, di antaranya Buya Hamka.
“Sekarang bahkan Muhammadiyah tengah mempersiapkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Malaysia,” tuturnya.
“Sekarang bahkan Muhammadiyah tengah mempersiapkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Malaysia,” tuturnya.
Karena itulah, Rashidi berharap kunjungannya ke UMM ini dapat menambah wawasan mereka tentang Muhammadiyah, terutama tentang kiprah pemikiran dan gerakan anak-anak muda Muhammadiyah.
"Di Malaysia pergolakan pemikiran anak muda masih sangat lambat dan tak terdengar. Berbeda dengan Indonesia yang sangat dinamis dan progresif, di antaranya terlihat dari pemikiran anak-anak muda Muhammadiyah," ungkapnya, seperti dikutip humas UMM pada ngopibareng.id, Selasa 4 September 2018.
Anggota Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Haeri Fadly mengatakan, ruang demokrasi Indonesia yang terbuka membuat anak-anak muda lebih dinamis di bidang pemikiran dan gerakan. Tak hanya itu, ruang demokrasi itu juga berpengaruh pada dinamika antara Muhammadiyah, ormas lain dan pemerintah.
Misalnya, soal penentuan hari raya Idul Fitri, di Indonesia masyarakat bebas memilih hasil fatwa NU, Muhammadiyah maupun pemerintah lewat Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tak ada keharusan mengikuti salah satu fatwa. Hal itu tentu cukup janggal bagi Malaysia di mana umat Islam di sana pasti sejalan dengan fatwa pemerintah.
Sementara itu sekretaris PSIF UMM Subhan Setowara mengatakan, kuatnya dinamika anak muda Muhammadiyah sangat dipengaruhi oleh kelahiran Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) yang lahir pada 2003. Lahirnya JIMM kala itu dilatari mandeknya dinamika pemikiran di tubuh Muhammadiyah di tengah gencarnya gerakan amal usaha Muhammadiyah.
"Semangat JIMM ingin menghidupkan kembali spirit KH Ahmad Dahlan, yang tidak hanya dikenal sebagai aktor penggerak (man of action), tapi juga aktor pemikir (man of thought)," papar Subhan. (adi)