Dari Gegeran Jadi Ger-geran, Wapres: Dinamika Jelang Muktamar NU
Orang NU "gelut" menjelang muktamar karena dipicu oleh perbedaan pendapat. Hal itu sudah biasa. Hanya orang luar yang melihat seru. Tapi setelah muktamar, mereka akan kumpul lagi. Itulah salah satu kelebihan NU, perbedaan pendapat itu adalah rahmat untuk mencari solusi yang terbaik.
Pandangan ini disampaikan Rais Aam PBNU hasil Muktamar NU di Jombang, KH Ma'ruf Amin, kepada Ngopibareng.id di Hotel Niagara Danau Toba Simalungun, Sumatra Utara Jumat 10 Desember 2021.
Kiai Ma'ruf Amin menyerahkan jabatan tertinggi dalam PBNU kepada KH Miftachul Akhyar, sejak ia dilantik menjadi Wapres mendampingi Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019.
Kegaduhan terjadi menjelang Muktamar ke-34 NU di Lampung. Menyangkut soal batasan masa jabatan Ketua Umum PBNU dua periode dan tarik ulur maju mundur soal tanggal pelaksanaan muktamar karena rencana kebijakan pemerintah soal PPKM liburan akhir tahun. Akhirnya disepakati muktamar tetap diselenggarakan di Lampung, tanggal 23 - 25 Desember 2021 sesuai dengan keputusan Kombes NU.
Jangan Gadaikan NU
"Tokoh NU gegeran menjelang muktamar, bukan sekarang ini saja terjadi. Pada muktamar sebelumnya juga diawali dengan kegaduhan. Sampean 'kan melihat sendiri waktu Muktamar NU di Jombang. Muktamar selesai, ngumpul kembali sambil ngopi bareng," kata KH Ma'ruf Amin.
Menurut Wapres, meskipun dalam sejarah kegaduhan sering muncul menjelang muktamar, tapi saat muktamar dimulai, semua kembali ke jatidiri sebagai ulama.
"Sampean pernah melihat ada lempar-lemparan kursi di muktamar NU. Paling banter ada ulama peserta muktamar menangis bila situasisinya memanas karena mempertahankan egonya masing," ujar KH Ma'ruf, didampingi Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidowi, yang merangkap sebagai juru bicara Wapres.
Mengenai bursa calon Ketua Umum PBNU, KH Ma'ruf menyerahkan sepenuhnya kepada peserta muktamar (muktamirin). Pihaknya tidak ingin masuk dalam arus dukung mendukung.
"Saya doakan semoga Muktamar ke-34 NU di Lampung nanti, menghasilkan keputusan dan pemimpin yang bisa membuat NU semakin besar," ujar KH Ma'ruf.
Sampai saat ini setidaknya sudah ada dua nama yang masuk bursa calon Ketua Umum PBNU. Yakni petahana KH Said Aqil Siroj, yang sudah menjabat Ketua Umum PBNU selama dua periode.
Kemudian KH Yahya Cholil Staquf, yang saat ini menjabat sebagai Katib Aam PBNU. Mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden diharapkan bisa mengembalikan ke Khitah NU yang diputuskan di Muktamar ke-27 NU di Situbonda 1984.
Selama dibawah kepemimpinan KH Said Aqil Siroj, NU dinilai telah tergadaikan untuk kepentingan kelompok tertentu. Diibaratkan NU menjadi tukang dorong mobil mogok, serta menjadi kayu bakar untuk menanak nasik orang lain.
Advertisement