Din Syamsuddin Tawarkan Keberagamaan Otentik, Begini Maksudnya
President of Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) Din Syamsuddin mengatakan, dialog antar dan intra agama sekarang ini telah menjadi dan perlu dijadikan sebagai kebutuhan mendasar manusia (basic human need).
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ii mengungkapkan hal itu, ketika tampil sebagai pembicara pada Seminar tentang World Peace, Interfaith and Intrafaith Dialogue di Dhaka, Bangladesh, pada Selasa 27 November 2018.
Menurut Din, beragama adalah karena kehidupan umat manusia dewasa ini menampilkan primordialisme dan egosentrisme yang berlebihan. Sehingga, sering mengganggu hubungan antarkelompok, baik agama, etnik, maupun perbedaan kepentingan politik, baik pada skala lokal dan nasional maupun global.
“Fenomena itu juga ditambah dengan persebaran kebencian, praduga, dan pandangan yang bersifat streotipikal di masyarakat, khususnya melalui media sosial,” tutur Din Syamsuddin.
“Fenomena itu juga ditambah dengan persebaran kebencian, praduga, dan pandangan yang bersifat streotipikal di masyarakat, khususnya melalui media sosial,” tutur Din.
Hal ini, jika tidak segera diatasi, kecenderungan kan membawa kapada ketegangan dan pertentangan antara kelompok.
“Dialog merupakan solusi, dan kita harus meyakini kekuatan dialog", tegas Din yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015.
Seminar yang dihadiri sekitar 200 peserta dari kalangan agamawan, cendekiawan, politisi, diplomat, tersebut diadakan di Westin Hotel Dhaka oleh Religions for Peace (RFP) Bangladesh. Selain peserta domestik hadir juga peserta dari Jepang, Australia, India, Filipina, dan Myanmar.
Selain itu, Din dalam kesempatan itu juga mengatakan, meskipun sudah cukup banyak dialog antar agama dan peradaban, namun dialog tetap diperlukan.
"Sudah banyak dialog tapi masih terjadi konflik, apalagi kalau tidak ada dialog", kata mantan aktivis IPNU di NTB ini.
Namun, menurut Din yang juga menjabat sebagai Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), perlu ada paradigama dan pendekatan baru dari dialog.
Din mengusulkan dialog yang perlu dikembangkan adalah dialog dialogis (dialogical dialogue), yakni dialog yang bertumpu pada ketulusan, keterbukaan, keterusterangan untuk menyelesaikan masalah.
“Hal ini dapat dilakukan kalau pemeluk berbagai agama menjalankan ajaran agamanya secara benar dan meletakkan keberagamaan pada wawasan kemanusiaan. Sejatinya agama-agama memiliki dimensi kemanusiaan dan bertujuan untuk kemaslahatan manusia (rahmatan lil 'alamin). Maka keberagamaan otentik adalah beragama yang menyelamatkan sesama manusia,” pungkas Din.
Hadir pula dalam acara tersebut President RfP Bangladesh Principal Sukomal Burua, Deputi Moderator ACRP Prof. Desmon Cahil dari Australia, Co-President ACRP Dr. Vasudevan dari India, dan Sekjen ACRP Rwv. Nobuhiro Nemoto dari Jepang. (adi)
Advertisement