Dimasak Eksentrik, Nikmatnya Secangkir Kopi Turki
Pernah dengar atau bahkan menikmati kopi pasir? Itulah Kopi Turki yang cara memasaknya sangat eksentrik.
Meski berjuluk kopi pasir, jangan khawatir kopi yang Anda minum bebas dari pasir panas yang digunakan untuk mendidihkan air bercampur kopi dan rempah-rempah. Kalau ada gula pasir, bisa Anda tambahkan sesuai selera saat hendak menyeruput kopi panas tersebut.
Kopi Turki ini memang unik cara memasaknya, dan menjadi ciri khas budaya ngopi di Turki. Turkish Coffee punya kebiasaan menyeduh kopi menggunakan pasir yang sangat panas.
“Menurut sejarahnya, Kopi Turki sudah ada sejak sekira tahun 1540, jadi sudah sekitar 480 tahun lalu ada,” ujar Firman Abidin, 26 tahun, pemilik kedai Aphrodite Turkies Coffee di Jalan KH Sulthon, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Rabu, 7 Desember 2022.
Firman mengaku, baru menekuni bisnis rumahan Kopi Turki di halaman rumahnya sejak September 2022 lalu. Sebuah gerobak panjang yang di atasnya ada loyang empat persegi berisi pasir lembut. Ia mengaku, sengaja mengambil pasir vulkanis yang halus di Lautan Pasir (Kaldera) Gunung Bromo.
Di bawah loyang persegi itu tersedia kompor elpiji untuk memanaskan pasir. Barulah di atas pasir itu diletakkan pot tembaga (ibrik) yang bagian bawahnya agak besar dengan mulut mengecil.
Ibrik bertangkai panjang itu dipegang penyeduh kopi. Ibrik diisi air, bubuk kopi, hingga rempah-rempah. Ditunggu beberapa menit, pasir panas kemudian memanaskan pot tembaga. Terlihat air sudah bergolak menandakan mendidih.
Firman kemudian mengangkat ibrik dan menuangkan kopi ke dalam cangkir. Kopi pun siap disajikan dengan tambahan sebungkus kecil gula, bagi yang menyukai tambahan rasa manis.
“Karena cara memasaknya yang unik, banyak pembeli di kedai kami yang menyaksikan cara kami memasak kopi. Mereka sangat menikmati proses pembuatan Kopi Turki,” kata Firman.
Memang dalam literasi Wholelattelove, Turki dikenal sebagai salah satu negara di Timur Tengah yang punya metode seduh tertua dalam sejarah penyeduhan kopi yang menggunakan pasir panas. “Ciri khas dari metode seduh kopi ala Turki ini adalah menggunakan pot tembaga bernama cezva atau ibrik,” kata alumnus Madrasah Aliyah (MA) Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo itu.
Sebagai alumnus madrasah di lingkungan pesantren, Firman mengaku sudah akrab dengan kopi. Hanya saja, cara memasak Kopi Turki ia peroleh dari temannya, yang belajar langsung dari baresta asal Turki.
“Teman saya belajar dari baresta asal Turki yang datang ke Jakarta. Saya kemudian belajar ke teman saya,” katanya.
Meski tergolong “barang baru” di Probolinggo, Kopi Turki mulai dikenal di kalangan warga milenial hingga lansia penggemar kopi. “Selain asyik melihat cara memasaknya, Kopi Turki rasanya nikmat dan rempah-rempahnya menghangatkan badan,” ujar Puji Anugerah, pelanggan Kopi Turki.
Ditanya jenis kopi yang menjadi menu utamanya, Firman mengatakan, berbagai kopi nusantara terutama dari Jawa Timur. “Ada Robusta Dau, Malang; Arabika Ijen; Robusta Arjuno. Kami juga punya kopi impor dari Ethiopia atau Habasyah hingga kopi impor Panama,” katanya.
Harga Kopi Turki di kedai Firman juga terjangkau kantung. Kopi Turki rempah-rempah misalnya dibanderol Rp12.000 per cangkir. Sementara Kopi Turki Arabika Rp10.000.
Selain itu juga tersedia kopi susu dan beragam minuman di luar kopi yang menjadi kesukaan anak-anak remaja. “Namanya anak-anak milenial, terkadang juga minta jenis minuman di luar kopi, ada yang minta susu, teh, dan lain-lain,” kata Firman.
Hikayat Kopi Turki
Di sejumlah literatur, kopi pasir pertama kali diperkenalkan di Turki sekira tahun 1540. Sejarah mencatat, kopi awalnya diperkenalkan oleh Gubernur Turki Yaman, Ozdemir Pasha. Dia ketika itu menemukan sebuah minuman baru di wilayahnya, dan langsung dibawa untuk diperkenalkan ke Sultan Suleiman Agung.
Staf Sultan lalu memutuskan untuk mencoba metode baru untuk menyiapkan kopi. Mereka menggunakan mortar untuk menggiling kopi hingga halus dan kemudian menyeduhnya menggunakan wajan khusus berisi pasir yang disebut ibrik.
Sejak saat itu, kopi pasir langsung menjadi hit dan benar-benar menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya di Turki. Awalnya kopi pasir hanya dinikmati oleh para kaum elite di sana, kemudian dikonsumsi oleh masyarakat luas dan akhirnya seluruh Kekaisaran Ottoman.
Istana lalu menyiapkan banyak pekerja profesional kopi yang dikenal sebagai "Kahveci Usta". Mereka dipekerjakan oleh Istana serta para pejabat tinggi dan warga kaya di Turki untuk menikmati kopi.
Banyak dari para profesional kemudian juga mulai membuka kedai kopi mereka sendiri yang menyajikan kopi Turki dan minuman berkualitas lainnya.
Advertisement