Dilema Swastika, Neo-Nazi Dilarang di Australia Umat Hindu Protes
Lambang swastika menjadi penanda kelompok Nazi di Jerman. Mereka anti terhadap etnis Yahudi dan Smitisme. Kini, di Australia lambang swastika menjadi persoalan antara negara dan penganut agama Hindu. Demikian dilema swastika.
Dalam agama Hindu lambang swastika berarti keberuntungan dan kemakmuran. Jauh berbeda dengan makna Nazi, yang kental rasialismenya itu.
Larangan terhadap simbol-simbol Nazi di negara bagian Victoria, Australia, terjadi saat meningkatnya sikap neo-Nazi. Hal itu membuat kelompok ekstrem kanan yang menganut paham ini menjadi perhatian dinas intelijen Australia.
Aturan serupa telah diloloskan di parlemen New South Wales bulan Agustus dan di parlemen Tasmania, sementara di negara bagian Queensland masih dibicarakan.
"Mulai 29 Desember 2022, warga di negara bagian Victoria dengan ibu kota Melbourne, yang memperlihatkan simbol Nazi bisa dijatuhi hukuman penjara maksimal 12 bulan atau denda AU$22.000." Demikian dilansir laman abc.net.au, Kamis 27 Oktober 2022.
Warga di Victoria yang menunjukkan simbol Nazi di depan umum bisa diancam hukuman penjara dan denda. Aturan tidak berlaku bagi kelompok keagamaan yang menggunakan swastika sebagai simbol dari ajaran mereka.
Kampanye pendidikan mengenai arti simbol swastika hingga saat ini belum dilakukan.
Usulan Sosialisasi soal Swastika
Sebelum larangan ini diberlakukan, sejumlah pemuka agama menyampaikan rasa kecewa karena pemerintah belum melakukan kampanye pendidikan mengenai arti simbol swastika.
Aturan ini memang tidak berlaku bagi penganut agama dan kepercayaan yang memang harus menggunakan simbol swastika, yang bentuknya mirip dengan simbol Nazi, yang juga dikenal dengan sebutan Hakenkreuz.
Tapi mereka merasa khawatir kalau nantinya malah dituduh mendukung ideologi Nazi.
Swastika memiliki makna penting dalam agama Hindu, Budha dan Jain, yang sudah digunakan selama ribuan tahun untuk melambangkan keberuntungan dan kekayaan.
Seperti di pekan ini, saat umat Hindu merayakan Diwali, lambang swastika banyak terlihat di rumah-rumah atau kuil-kuil mereka.
Mereka mengatakan simbol swastika disalahgunakan oleh rejim Hitler di Jerman, malahan jadi simbol simbol kebencian terhadap umat Yahudi.
Padahal menurut ajaran Hindu bentuk swastika mereka berbeda dengan versi yang digunakan menjadi simbol Nazi.
Kurangnya pendidikan
Pemerintah Victoria sudah berjanji akan melakukan kampanye untuk memberikan informasi dan pendidikan soal perbedaan antara swastika versi Nazi dengan swastika sebagai simbol keagamaan.
Kampanye tersebut disepakati ketika aturan mengenai larangan penggunaan simbol Nazi diloloskan parlemen di Melbourne, Juni 2022 lalu.
Namun pelaksanaan kampanye masih tertunda selama berbulan-bulan.
Wakil Dewan Hindu Victoria mengatakan mereka sedang meminta pemerintah Victoria untuk menunda penerapan aturan selama enam bulan lagi.
"Bila kampanye pendidikan tidak dilakukan dengan benar, ada kemungkinan dampak buruknya bagi warga Hindu, Budha dan Jain," katanya.
Dia mengatakan kampanye pendidikan tersebut haruslah muncul di papan reklame di jalan-jalan, jejaring sosial, televisi, sehingga bisa diketahui lebih banyak orang.
Namun sampai sekarang desain kampanye dan pelaksanaannya masih belum jelas.
Juru bicara pemerintah Victoria mengatakan kampanye akan dimulai "sebelum aturan diberlakukan".
Kampanye soal Swastika
Juru bicara tersebut mengatakan dana sebanyak AU$500 ribu sudah dianggarkan untuk kampanye dengan mendengar masukan dari berbagai kelompok agama.
Wakil presiden Dewan Budhis Victoria, Diana Cousens, mengatakan proses kampanye berjalan lambat.
Dr Cousens berharap aturan baru tersebut nantinya memungkinkan kelompok agama "mendapatkan kembali" simbol tersebut dan mengubah persepsi yang menanggap swastika adalah milik Nazi.
"Satu-satunya masa kita melihat swastika di media umum adalah dalam film mengenai Perang Dunia kedua atau kita melihat coretan di sinagog yang dilakukan pembenci Yahudi," katanya.
"Ini jelas kampanye kebencian dan bertentangan dari arti sebenarnya swastika."
Kenapa simbol ini dilarang?
Dvir Abramovich, akademisi Yahudi yang mendukung adanya larangan simbol Nazi menyayangkan karena kampanye soal swastika belum dimulai.
"Tadinya saya berharap kampanye ini sudah dimulai beberapa bulan lalu," kata Dr Abramovich.
"Saya tetap harus mengakui pemerintah sudah meloloskan aturan tersebut dan berusaha melakukan kampanye."
"Supremasi kulit putih masih berlangsung. Masih terjadi hampir tiap hari. Ini adalah ancaman yang terus ada." Demikian dilansir situs abc.net.du.