Dikritik Dunia Soal Hagia Sophia, Ini Respon Presiden Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapatkan banyak kritik dari sejumlah pemimpin dunia setelah mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Ia lantas menyatakan jika tindakannya adalah bagian dari "hak kedaulatan" negaranya.
"Mereka yang tak melakukan apa pun melawan Islamophobia di negaranya sendiri, menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak kedaulatannya," kata Erdogan disiarkan dalam sebuah televisi, dilansir dari Aljazeera, Minggu 12 Juli 2020.
Sementara, di sekililing Hagia Sophia dilaporkan dipasang garis polisi, pada Sabtu 11 Juli 2020. Sejumlah wisatawan tak bisa masuk ke dalam musuem yang kini berubah menjadi masjid itu. "Kami ingin datang dan berkunjung ke Hagia Sophia, namun sayangnya hari ini tutup," kata Renato Daleo, wisatawan asal Italia, pada Aljazeera.
Sebelumnya, Erdogan telah beberapa kali mengutarakan keinginannya untuk mengubah gedung agung itu sebagai masjid. Di tahun 2018, ia pun membaca Al Quran di dalam Hagia Sophia.
Aljazeera menyebut jika Hagia Sophia awalnya dibangun sekitar 1.500 tahun lalu sebagai gereja milik Kisten Orthodox dan kemudian berubah menjadi masjid ketika Istanbul ditaklukkan oleh Ottoman di tahun 1453. Pemerintahan Turki yang sekuler kemudian mengubahnya menjadi museum di tahun 1934.
Namun pada Jumat lalu, secara resmi Erdogan mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid dan mengumumkannya tersebuka untuk ibadah Muslim, setelah pengadilan menganulir keputusan pemerintahan di tahun 1934. Ibadah pertama di Hagia Sophia akan berlangsung pada Salat Jumat di 24 Juli 2020.
Keputusan ini direspon dengan keberatan oleh sejumlah pemimpin dunia. Pimpinan di Amerika Serikat, Siprus, Rusia, dan pimpinan spiritual Kristen Ortodox baik di Turki maupun di Rusia, serta Unesco telah menyatakan keberatan atas tindakan pemerintahan Turki.