Dikecam Pemimpin Dunia, Otopsi George Floyd Terinfeksi Covid-19
Hasil autopsi mengungkap bahwa George Floyd ternyata terjangkit virus corona tanpa gejala sejak awal April. Seperti dilansir dari New York Times, Kamis 4 Juni 2020, Andrew M. Baker, kepala pemeriksa medis di Hennepin, mengatakan bahwa Departemen Kesehatan Minnesota telah menyeka (swab) cairan hidung Floyd setelah kematiannya.
George Floyd telah dites dan dinyatakan positif corona. Namun, kemungkinan itu adalah hasil positif yang bertahan lama dari infeksi sebelumnya.
Selain itu, laporan tersebut juga merinci "cedera akibat benda tumpul" di wajah, bahu, tangan, lengan, dan kaki George Floyd, serta memar di pergelangan tangannya karena borgol.
Pemeriksa medis Hennepin County juga menyebutkan mengenai "penyakit arteriosklerotik dan hipertensi jantung", keracunan fentanyl, dan penggunaan methamphetamin, sebagai "kondisi signifikan lainnya yang dimiliki George Floyd.
Pria berusia 46 tahun itu meninggal pada 25 Mei saat ditahan polisi, dengan video kemudian muncul menunjukkan seorang oknum kepolisian Minneapolis, Derek Chauvin berlutut di lehernya selama delapan menit saat George Floyd memohon dilepaskan, karena dia tak bisa bernafas.
Kini, Derek Chauvin telah dipecat dan didakwa atas pembunuhan. Tiga perwira polisi Minneapolis lainnya yang ada di lokasi bersama Derek Chauvin saat insiden terjadi juga didakwa bersekongkol dalam pembunuhan George Floyd, setelah mereka tertangkap kamera tampak tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kematian tragis pria itu. Para tersangka ini terancam hukuman 25 tahun penjara.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengutuk pembunuhan George Floyd. Dia juga menyampaikan pesan untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa kekerasan rasis tidak punya tempat di masyarakat.
"Kita berduka untuk George Floyd dan saya terkejut dan muak melihat apa yang terjadi padanya," ujar Johnson seperti dilansir kantor berita Associated Press.
"Dan pesan saya untuk Presiden Trump, untuk semua orang di Amerika Serikat, dari Inggris, adalah bahwa saya pikir rasisme atau ras, menurut pendapat saya yang saya yakin juga sama dengan pendapat sebagian besar orang di seluruh dunia rasisme, kekerasan rasis, tidak memiliki tempat dalam masyarakat kita," tegas pemimpin Inggris itu.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut pembunuhan George Floyd telah menunjukkan 'wajah sebenarnya' Amerika dan penindasannya terhadap orang-orang di dunia.
"Fakta bahwa seorang polisi berdarah dingin menekan lututnya ke leher seorang pria kulit hitam hingga dia tewas dan bahwa polisi-polisi lainnya mengawasi tanpa melakukan apapun, bukanlah hal baru," ucap Khamenei dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional Iran, seperti dilansir AFP.
"Ini adalah wajah sebenarnya dari Amerika, itulah yang selalu dilakukan (AS) di seluruh dunia (Afghanistan, Irak, Suriah dan negara-negara lain, dan sebelum itu, di Vietnam)," ujarnya.
Advertisement