Digelar Daring, Ini Agenda Tanwir Muhammadiyah
Ormas terbesar kedua di Indonesia, Persyarikatan Muhammadiyah, menggelar Sidang Tanwir secara daring. Diselengarakan sehari penuh hari ini, Minggu 19 Juli 2020 dengan tema "Hadapi Covid-19 dan Dampaknya: Beri Solusi Untuk Negeri".
"Melalui Tanwir kali ini, Muhammadiyah tetap berkomitmen dan terdepan dalam proses solusi dan memberi untuk negeri. Muhamamdiyah sadar pemerintah perlu dibantu dalam mengurai masalah Covid-19.
"Muhammadiyah sebagai bagian dari bangsa berkomitmen untuk membantu bangsa dan negara, serta menyelamatkan kemanusiaan," tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Agenda Sidang
Agenda sidang Tanwir kali ini di antaranya adalah:
- Laporan PP Muhammadiyah setelah Tanwir Bengkulu 2019,
- Pembahasan pengunduran waktu penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo dan
- Agenda Mendesak bangsa di tengah situasi pandemi Covid-19 dan tawaran solusi Muhammadiyah untuk negeri.
Semua agenda ini diawali dengan pidato iftitah amanat Tanwir oleh ketua umum Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Proses pelaksanaan dan pegendalian sidang Tanwir online akan dikelola oleh Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) di kantor PP Muhammadiyah di Jalan Cikditiro 23 Yogyakarta. Peserta Tanwir akan berkumpul di titik-titik pelaksanaan video conference.
Bagi Pimpinan pusat Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta akan dilakukan di PSDM yang menjadi pusat kendali pelaksanaan Tanwir, Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta akan dilakukan di kantor PP Muhammadiyah di Menteng Raya, Jakarta, Pimpinan Pusat Aisyiyah di kantor Pimpinan Pusat Aisyiyah di Jalan Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Sedangkan peserta Tanwir dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah akan dilakukan di kantor wilayah masing-masing. Selebihnya peserta akan mengikuti sidang Tanwir di lokasi masing-masing baik di amal usaha maupun dimanapun mereka berada.
"Bersamaan dengan sikap Muhammadiyah untuk menunda Muktamar (termasuk menyelenggarakan Tanwir secara daring), Muhammadiyah menawarkan supaya kaum muslimin bisa mengganti dana kurban menjadi sedekah. Ide ini sesungguhnya adalah cara sederhana yang sangat biasa bagi tradisi sosial Muhammadiyah," kata Haedar Nashir.
Menurutnya, segala tindakan sosial senantiasa punya makna keimanan yang juga besar dan mulia. Bukankah “memelihara kehidupan” itu sendiri adalah perintah dalam Islam?
Ijtihad keagamaan itu sendiri, betapa pun jelasnya maksud dan tujuannya, seringkali masih menimbulkan penafsiran berbeda. Ketika Muhammadiyah menyeru menutup masjid untuk salat lima waktu dan Jum’at, banyak juga yang menentang. Perlahan, justru banyak yang mengambil inisiatif sendiri untuk menerapkan hal serupa.
Memang ijtihad keagamaan harus dilakukan dengan landasan empatik, keilmuan dan keagamaan. Sebab, tidak muda menyakinkan orang untuk menunda untuk sementara waktu kebiasaan lazim yang telah dilakukan. Muhammadiyah sejak awal pandemi mewabah banyak merilis panduan protokol kesehatan dan keagamaan. Meski mungkin masih ada yang belum Muhammadiyah lakukan, tapi semua ikhtiar telah kami maksimalkan.
"Saya yakin kita bisa saling meringankan beban krisis global saat ini," kata Haedar Nashir.