Didi Mahardika Ungkit Soekarno Dibunuh di Wisma Yasoo
Sejarah mencatat, Soekarno menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, pada 21 Juni 1970. Dia wafat di usia 69 tahun. Setelah dinyatakan wafat, Ratna Sari Dewi, istri Soekarno memutuskan untuk memindahkan jenazahnya ke Wisma Yasso.
Tiba-tiba muncul versi lain kematian Soekarno. Pernyataan itu keluar dari Didi Mahardika, putra mendiang Rahmawati Soekarnoputri, alias cucu Soekarno. Dikutip dari kanal YouTube V Entertainment.id, Didi Mahardika menyebut kakeknya tewas dibunuh di Wisma Yasoo.
Host kanal tersebut, yaitu YouTuber Nandatanya, bertanya soal video musik TRAH-Untuk Indonesia Raya garapan Didi Mahardika. Pertanyaannya seputar lokasi pengambilan video.
"Ada cerita apa di balik video musik TRAH, terus kenapa di tempat ikonik seperti di rumah Cilandak ini, ada apa dengan Rumah Cilandak, Bundaran HI, GBK, dan Museum Satriamandala? Museum Satriamandala atau Wisma Yasoo, Mas?" tanya host kepada Didi Mahardika.
"Mulai gue datang di Satriamandala atau yang disebut Wisma Yasoo, itu adalah tempat peristirahatan terakhir Bung Karno yang seolah-olah kayak diasingkan tanpa melalui tidak diberikan kesempatan untuk membela dirinya di persidangan, seperti diasingkan...," ujar host melanjutkan.
Didi Mahardika memotong pernyataan tersebut. Dia menambahkan pernyataan bahwa Bung Karno dibunuh di Wisma Yasoo.
"Aku tambahin dikit, Mas, tidak hanya diasingkan, tapi di situlah bapak kita, Bapak Bangsa, Bapak Proklamator kita, yang memperjuangkan kita semua, dibunuh di situ, dibunuh, iya, harus banyak yang tahu," ujar Didi Mahardika.
Host mempertanyakan keyakinan Didi Mahardika atas pernyataannya. Mantan suami siri Jane Shalimar itu menegaskan dirinya yakin.
"Pasti. Apa perlu gua ulang lagi?. Kalau mau ada yang bertanya, mungkin bisa ditanyakan ke ahli sejarah. Dan ahli sejarah yang bisa menceritakan apa adanya," imbuh putra Rachmawati Soekarnoputri ini.
Mantan kekasih Vanessa Angel itu juga mengatakan Museum Satriamandala adalah Wisma Yasoo, tempat hari-hari terakhir Bung Karno. Namun keberadaan Wisma Yasoo, menurut Didi Mahardika, coba ditutup-tutupi dengan mengubah nama tempat itu menjadi Museum Satriamandala.
Didi Mahardika menuturkan dirinya sempat berbicara dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto soal Wisma Yasoo ini, namun pernyataannya tak dilanjutkan karena dipotong oleh host.
Sakit Ginjal
Beberapa sumber, presiden pertama Indonesia itu telah memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit ginjal selama lima sebelum akhirnya meninggal dunia. Bahkan sebelumnya, pada 1961 dan 1964, Sang Proklamator pernah dirawat di Wina, Austria karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
Kondisinya semakin memburuk, terlebih ketika sudah tidak menjabat sebagai presiden. Sebelum tutup usia, Soekarno sempat mengalami koma pada pukul 03.50 WIB dan tutup usia pada pukul 07.00 WIB.
Di sisi lain, sejarawan BRIN Asvi Warman Adam mengutip sejarawan Prancis, Asvi soal kematian Bung Karno.
"Tahun 1970 Bung Karno meninggal. Jacques Leclerc, sejarawan Prancis, mengatakan bahwa Bung Karno dibunuh dua kali. Pertama Bung Karno meninggal tahun 1970. Tahun 1970 peringatan Hari Lahir Pancasila dilarang Kopkamtib," ungkapnya.
Asvi dalam tulisan berjudul 'Beda Perawatan Soeharto dengan Sukarno'. Tulisan ini terhimpun dalam buku 'Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto' suntingan FX Baskara Tulus Wardaya. Diceritakan dalam buku itu bahwa sejak awal 1968 Bung Karno berada dalam 'karantina politik' dan tinggal paviliun Istana Bogor. Bung Karno kemudian dipindahkan ke peristirahatan 'Hing Puri Bima Sakti' di Batutulis, Bogor.
Melihat kondisi ini, Rachmawati Soekarnoputri, menemui Soeharto di Cendana untuk meminta agar ayahnya dipindahkan ke Jakarta. Pada awal 1969, Soekarno pindah ke Wisma Yasoo di Jalan Gatot Subroto (sekarang Museum Satriamandala).
"Sukarno mendapat perawatan seperti pasien di rumah sakit, dalam arti diukur suhu badan dan tekanan darah beberapa kali dalam sehari, serta jumlah air kencing selama 24 jam," tulis Asvi.
"Pernah ada pemeriksaan rontgen. Tidak diberikan diet khusus seperti yang dilakukan terhadap pasien gangguan ginjal. Selain itu, Bung Karno hanya dilayani oleh seorang dokter umum (dr Sularjo). Bung Karno tidak pernah mendapat penanganan khusus dari dokter spesialis," lanjutnya.
Advertisement