Didi Kempot, Titip Salamku ke Djaduk ya!
Ini tidak ada dalilnya. Tapi saya banyak menyaksikan orang baik meninggal di hari Selasa. Ini yang juga terjadi pada Didi Kempot. Penyanyi yang bernama asli Didi Prasetyo.
Kita baru saja digerakkan olehnya untuk berbagi donasi guna perang melawan Corona. Ia konser dari rumah saja. Menggalang dana untuk membantu para terdampak Corona. Puluhan miliar rupiah mengalir karena ajakannya.
Sungguh sempurna kematianmu Didi Kempot. Di puncak ketenaranmu. Setelah kamu marathon menggalang dana donasi untuk membantu dampak pagebluk ini. Di bulan puasa. Bulan suci. Juga di hari Selasa.
Kematian yang indah karena tidak diawali dengan sakit. Bahkan kamu masih memikirkan untuk membuat janji berbuat sesuatu beberapa jam sebelum malaikat maut menjemputmu.
Saya tak mengenal dekat Didi Kempot. Tidak sedekat pengenalan saya kepada musisi Jogja Djaduk Ferianto yang belum lama telah lebih dulu meninggalkan kita. Bahkan, saya banyak mendengar cerita tentang Didi Kempot dari dia.
Hanya sebulan sebelum meninggal, Djaduk menceritakan tentang kiprahmu dalam berkesenian yang penuh dengan totalitas. Yang tiba-tiba menjadi magnet kembali. Mengharu-biru jagat musik di Indonesia.
Yang membuat anak-anak muda berdendang mengikuti lagunya yang berbahasa Jawa. Yang membuat kamu mendapat julukan The Lord of Broken Heart. Yang menjadikan kamu bisa membuat jutaan orang jadi anggota Sobat Ambyar.
Djaduk begitu mengapresiasimu. Apalagi kamu sempat berkolaborasi untuk tampil bersama di Jazz Gunung tahun lalu. Ketika lagu-lagumu hipe lagi. Ketika namamu menanjak menuju ketenaran kembali.
''Jarang musisi seberuntung Didi Kempot. Bintangnya bisa melompat kembali tanpa diduga-duga. Meski demikian, ia tetap menjadi musisi yang sederhana,'' kata Djaduk yang sempat mengaransemen lagu-lagunya bersama Kua Etnika.
Djaduk juga cerita komitmenmu untuk tampil dalam Ngayogjazz, beberapa waktu lalu. Event kesenian yang diprakarsainya sejak 12 tahun lalu. Yang saat pelaksanaan terakhir, Djaduk tak sempat ikut pentas bersamamu. Karena ia juga mendahului kita secara mendadak seperti kamu saat ini.
Kata Djaduk, ia minta kamu bisa tampil di Ngayogjazz tahun lalu dengan bayaran yang tak layak untuk tarifmu saat itu. Begitu sangat kecil untuk penyanyi setenar kamu. Tapi kamu, kata Djaduk, tak masalah. Siap tampil di Ngayogjazz.
Djaduk meninggal juga tanpa sakit sebelumnya. Diduga ia menghembuskan nafas terakhir akibat serangan jantung setelah kelelahan mempersiapkan Ngayogjazz yang akan berlangsung beberapa hari lagi.
Saya melihat ada sejumlah kesamaan antara kamu dan Djaduk sebagai musisi. Kalian berdua adalah musisi yang berkarakter. Punya visi tentang musikmu. Tentang lagu-lagumu. Tidak hanya terseret industri musik. Tapi mungkin industri musik mengambil manfaat darimu.
Kalian berdua juga musisi yang tak hanya memikirkan diri sendiri. Yang menyatu dengan kegelisahan musikal yang kalian geluti. Djaduk dengan Sinten Remen dan Kua Etinikanya. Didi Kempot dengan lagu-lagu campur sari yang melahirkan komunitas Sobat Ambyar.
Djaduk selalu berorientasi pada penciptakan. Dan untuk itu, ia berproses dengan melanglang buana. Mencari sumber inspirasi musik di mana saja. Juga tak jarang mau berdiskusi berjam-jam dengan sejumlah kawannya dalam setiap proses penciptaan.
Saya tidak tahu bagaimana Didi Kempot setiap kali mencipta lagu-lagunya. Tapi kata Tarzan, pelawak yang dekat dengannya, di mana saja Didi Kempot tak bisa pisah dengan gitarnya. Ibaratnya, tidur pun ''kelonan'' gitar. Ia menggambarkan menyatunya Didi Kempot dengan musiknya.
Komitmen sosial Didi Kempot makin kelihatan ketika kita menghadapi pagebluk Corona. Ia yang menggerakan orang mendonasikan dananya untuk para terdampak wabah Corona. Melalui konsernya #DirumahSaja. Puluhan miliar rupiah berhasil dikumpulkan karena penampilannya.
Djaduk seakan sudah merasa hidupnya tak lama lagi. Makanya, ia banyak berbuat kebaikan ke banyak orang. Mengunjungi teman, memikirkan karya legend yang bermakna. Ia berpikir keras untuk menjadikan seni musik untuk kemanfaatan bersama.
Ternyata, kamu Didi Kempot juga punya pertanda-pertanda sebelumnya. Ini yang diceritakan kawanmu sesama musisi, Nuvi Wardhana. Ia bilang kalau Didi Kempot sedang mempersiapkan konser persembahan dirinya. Malah, ia meminta untuk mengaransemen ulang lagu Wes Cukup (Sudah Cukup). Ternyata, kamu sudah mencukupi hidupmu.
Pertemanan saya dengan Djaduk yang begitu lama membuat saya begitu kehilangan dia. Begitu Didi Kempot meninggal tanpa sakit dan tiba-tiba, saya pun jadi teringat jika kamu pernah membantu saya. Saat menyanyi di segmen Goro-Goro wayang kulit dengan dalang Ki Entus Susmono.
Barangkali hanya itu, jejak personal pengenalan saya dengan Didi Kempot. Saat itu, ia diminta kawan dekatnya dari Surabaya untuk menyumbang pentas di wayangan yang saya gelar di kampung halamanku di Blitar. Ketika saya mensyukuri khitanan kedua anak laki saya.
Kini, para seniman yang sempat punya jejak personal dengan saya menemui Sang Khalik duluan. Entus Susmono, Djaduk Ferianto, dan kini kamu Didi Kempot. Semuanya musisi hebat. Semuanya meninggal secara mendadak. Tanpa sakit sebelumnya.
Selamat jalan Didi Kempot. Salamku ya ke Djaduk Ferianto. Juga Ki Entus Susmono. Sopo ngerti kalian wes janjian bikin konser bersama di alam sana!
Advertisement