Dicari Sumbernya Varian Delta Muncul Bangkalan dan Kudus
Varian Delta 1617.2 telah ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Penelusuran sementara ini, banyak ditemukan di daerah Kudus dan Bangkalan. Sejauh ini, penelusuran terkait asal datangnya virus tersebut masih terus dilakukan agar dapat diketahui darimana asalnya.
Terkait ini, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan untuk memetakan persebaran virus ini, penelitian masih dilakukan melalui metode Whole Genome Sequencing (WGS) atau surveilans meski belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
"Penelitian memerlukan WGS atau sampel yang jumlahnya lebih besar. Suatu saat nanti, kita bisa menelusuri darimana virus tersebut berasal, darimana masuknya dan menyebar ke mana saja," kata Wiku dalam keterangan pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden Rabu 16 Juni 2021.
Dijelaskan lebih lanjut, adanya varian dari suatu virus dikarenakan itu adalah upaya virus untuk bertahan hidup. Proses mutasinya ini akan berlangsung terus menerus apabila potensi penularan tersedia. Karenanya, jika penularan masih terus berlangsung tengah-tengah masyarakat, maka peluang virus untuk bermutasi masih ada.
Mengutip penjelasan ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, bahwa varian delta memang memilki beberapa mutasi yang mengakibatkan virus memiliki protein yang bisa melekat lebih kuat dari varian sebelumnya.
“Karena lebih lekat, maka dampaknya secara biokimia, virus varian delta lebih efektif menginfeksi manusia,” kata Ahmad dalam podcast "Kata Pak Ahmad".
Selain itu, karena varian delta lebih mudah melekat, maka berdampak pada penularan lebih mudah.
Ia memberi gambaran, jika varian orisinal dari Wuhan sebelumnya bisa menginfeksi dua sampai tiga orang lain, varian delta ini dari satu orang bisa menularkan hingga lima orang lainnya.
Masalahnya lagi kata Ahmad, orang-orang yang tertular varian delta ini tidak semuanya bergejala, sebab tergantung dari kondisi tubuh setiap orang.
“Pada anak muda kan relatif tidak mengalami gejala, tapi jika mereka bertemu orang tua, maka itu akan menjadi masalah,” ujarnya.
Meski demikian, dari sisi tingkat kesakitan atau morbiditas, belum ada bukti bahwa varian delta ini menyebabkan sakit yang lebih parah.
Tapi, karena varian delta lebih mudah menular, maka dengan presentase yang sama bisa menimbulkan angka kematian lebih tinggi.
“Ilustrasinya seperti ini, kita perkirakan yang meninggal sekitar 2-3 persen. Varian sebelumnya bisa membuat seribu orang terinfeksi, varian delta bisa membuat lima ribu orang terinfeksi. Nah bayangkan, sama sama 2 persen, tapi 2 persen dari seribu dan 2 persen dari lima ribu tentu hasilnya berbeda,” jelas Ahmad.
Terkait vaksin yang diberikan kepada masyarakat saat ini, Wiku kembalikan memastikan memiliki efektifitas tinggi. Karena efikasinya diatas 50% terpenuhi. Meski demikian, penelitian lebih lanjut terkait ini masih terus dilakukan. Untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan adalah vaksin yang efektif.
"Vaksinasi yang dilakukan harus betul-betul bisa memberikan proteksi kolektif atau herd immunity dari masyarakat yang diberi vaksin," pungkas Wiku.